Posts

Showing posts from July, 2020

Tetesan Air dan Cerita

Image
Photo by  Mike Kotsch  on  Unsplash Gue suka banget sama hujan. Hujan buat gue enggak cuma sebuah fenomena alam biasa, tapi sebuah momen di mana gue bisa merasa lebih tenang. Tentu, gue bersyukur juga untuk musim panas yang Tuhan anugerahkan. Cucian baju bisa cepet kering yekan kalo panas. Hanya jika ditanya lebih suka hujan atau panas, gue akan memilih hujan,  meskipun ...hujan pun bisa membawa bencana banjir yang jadi "langganan" dateng ke rumah gue kalo dia datengnya rame-rame, keroyokan, dan menghabiskan waktu berjam-jam, seperti yang terjadi di awal tahun 2020 ini. Walaupun demikian, gue tetap enggak akan merubah kesenangan gue terhadap hujan. Ketika hujan turun, gue pasti otomatis langsung nengok ke jendela. Antara ngecek apakah ada cucian yang belum diangkat, atau ngecek seberapa besar intensitas hujannya turun, atau juga cuma sekadar menikmati turunnya butiran-butiran air dari langit. Bukan cuma air yang dilihat, tapi juga langit berwarna kelabu yang tertutup awan huj

Dare To Crush The Shame -- Berani Menghancurkan Rasa Malu

Image
Photo by  Austin Kehmeier  on  Unsplash Pernah gak sih kalian ngerasa bahwa menjadi pendengar cerita orang lain itu jauh lebih "aman" dan nyaman dibanding menceritakan cerita kita sendiri pada orang lain? Pernah gak ngerasa lebih sulit bercerita daripada mendengar cerita? Gue pernah. Rasanya tuh baik hati aja gitu kalo lebih banyak mendengar daripada bercerita. Rasanya lebih senang kalau ada orang mau cerita sama gue, karena gue ngerasa berarti dan dibutuhkan sama mereka, yaaah  at least  diri ini gak sampah-sampah amat lah. Itu tendensi motivasi gue yang disadari. Dan apa alasannya gue lebih senang mendengar daripada bercerita? Pertama, gue ngerasa cerita gue gak  worthed . Sampah. Untuk apa juga nyeritain cerita sampah ke orang lain--entah itu pergumulan pribadi, masalah, perasaan--itu semua gue anggep sampah dan gak guna untuk diceritakan ke orang lain. Kedua, kalo nyeritain cerita sendiri, gue ngerasa lagi  self-pity.  Ada intimidasi di pikiran bahwa "Ceritamu gak ad

Celotehan Hati ke Teman-Teman Dekat (karena kalau lewat chat kepanjangan, heu)

Image
Photo by  Billy Pasco  on  Unsplash Insecure . Merasa tidak aman dan berbahaya. Mungkin sensasi atau perasaan macam ini sangat lazim dialami oleh manusia dengan karakter pendiam, tertutup, pemalu, dan sejenisnya, ketika berelasi dengan orang lain. Gak heran orang seperti ini akan memiliki teman yang sangat sedikit--lebih tepatnya teman terpercaya yang sangat sedikit. Karena enggak semudah itu untuk mempercayakan kisah hidup "sampai ke dalam-dalam" kepada orang lain (bahkan untuk beberapa orang sangat sulit juga untuk terbuka dengan keluarga intinya sendiri). Terbuka . Menjadi kata kunci penting ketika kita mulai percaya dengan orang lain. Percaya bahwa orang (atau orang-orang) tersebut akan  menerima  kita dan juga kisah-kisah yang akan kita sampaikan. Tapi sampai batas apa orang boleh membuka kisah hidupnya pada orang lain? Ya gak ada aturan baku dan saklek, sih. Sejauh kedua pihak tersebut sama-sama sepakat untuk: Oke, saya akan belajar berani untuk membuka kisah hidup saya