Posts

Showing posts from February, 2023
Stop doing everything based on fear . Start doing everything based on love . Embrace. Accept. Release forgiveness . Remember how and why you'd been forgiven all these times. Berproseslah dalam setiap situasi. Hidup gak selamanya enak, tapi gak selamanya menderita juga. Just do something.

Merenungkan Perjalanan 7 Tahun Berkarir Sebelum Memasuki Usia 30

Image
7 tahun kerja sebagai role yang kurang lebih serupa, ternyata membuat gue merenung dan berpikir ulang lagi belakangan ini: Apakah peranan tersebut benar-benar sesuatu yang Meista kerjakan dari hati? Atau jangan-jangan peranan tersebut Meista lakukan berdasarkan motivasi 'sekadar cari uang'? Gue menyadari bahwa realita kehidupan memang seringkali membuat idealisme jadi turun tahta. Maksudnya, sesederhana gue sampe gak tau mimpi dan cita-cita gue apa dalam berkarir karena sejak awal kerja yang gue pikirin cuma: Gimana caranya cari duit biar gak ngerepotin orang tua lagi Gimana caranya gue punya penghasilan sendiri dan gue tetap bisa memberi dari apa yang gue punya Gimana caranya gue bantuin papa untuk renov rumah --> dan ini mengarahkan gue untuk selalu nyari kerja yang prospek gajinya tinggi Menjadi seorang marketing dan pelaku media sosial selama 7 tahun berkarir ternyata membawa gue pada sebuah pemahaman terhadap diri sendiri bahwa: gue suka dengan role ini bukan karena gue

Ternyata Kopong Seperti Tahu Bulat

Image
Ke-trigger pengen nulis gara-gara ada kakak yang ngechat. Hahaha. Jadi ini blognya isinya skrinsyutan chat 🤪   Sabar, Mei, sabar... Mungkin memang ini fase dan waktunya lu harus "do something" lagi. Mungkin ini waktunya lu gak boleh "diem aja". Meskipun dalam batin ngerasanya kayak: Tuhan kok diem aja?
Image
AKAR asal mula; pokok; pangkal; yang menjadi sebab(-sebabnya). (Sumber: KBBI Daring) --- "Gue pengen punya pacar/pasangan yang lebih tua dari gue." "Kenapa harus gitu?" "Biar gue punya abang. Wkwkwk. Karena gue gak akan pernah punya kakak laki-laki, jadi mungkin gue bisa wujudkan keinginan ini di pasangan hidup gue nanti." "Tapi usia lebih tua belum tentu lebih dewasa karakternya loh, Mei." "Iya, bener. Gue udah membuktikan itu kok. Tapi gue bisa ngerasa kok mana yang bisa gue jadikan abang mana yang engga, terlepas dari usianya lebih tua, seumur, atau lebih muda dari gue. Ya intinya sebenarnya sosok dan karakteristik abangnya sih yang gue cari, terlepas dari umurnya." Sebuah percakapan ringan dengan seorang teman yang menyingkapkan salah satu impian terbesar gue dalam hidup: punya pasangan yang sekaligus bisa jadi kakak laki-laki. --- Ada yang bilang...katanya hal-hal yang kita pilih dalam hidup, atau keputusan-keputusan yang kita ambi

Ketika "Mendoakan Seseorang" Menjadi Boomerang Menyesakkan Bagi Diri Sendiri

Image
Bertahun-tahun menjadi anak muda yang dibina dan ditumbuhkan imannya kepada Tuhan Yesus Kristus melalui wadah persekutuan ternyata membentuk sebuah pola dan standar idealisme terhadap diri sendiri. Ada beberapa konsep yang gue temukan dan pelajari selama gue menjadi anak binaan persekutuan, salah satunya adalah tentang "mendoakan pasangan hidup". Sering banget gue dapet cerita, atau bahkan gue mengalaminya sendiri gitu ya, ketika ada orang yang melontarkan pernyataan: "Iya, udah umur segitu dek. Udah bolehlah itu didoakan calon teman hidupmu." "Udah boleh kok mulai mendoakan pasangan hidupmu dari sekarang." ...dan hal-hal serupa lainnya yang akhirnya membentuk mindset di gue bahwa: oh, berarti kalo gue gak doain, gue dosa. Salah. Ini harus masuk ke dalam daftar prioritas doa yang penting. Karena katanya keputusan memilih pasangan hidup adalah keputusan terpenting kedua setelah memutuskan mengikut Yesus. Jadilah kan gue lakukan itu si konsep mendoakan-mendo

Sedang dalam Mode "Bertanggung Jawab"

Image
Menyadari ada sinyal-sinyal dari dalam diri yang membuat gue harus mengambil keputusan, inilah beberapa hal yang harus gue pertanggung jawabkan: 1. Sekarang gue akan bertanggung jawab atas pilihan "ingin mengenal seseorang" dan mendoakan orang tersebut selama kurang lebih 2 tahun terakhir. Dan kini, gue akan kembali bertanggung jawab untuk memutuskan bahwa gue harus menghentikan semuanya. Menghentikan fokus doa dan hati untuknya, membatasi akses komunikasi, dan membatasi ruang gerak kerjasama yang akan kembali memicu interaksi. Sudah cukup bagi gue 2 tahun membuka hati dan kesempatan lebar-lebar namun semuanya terasa begitu kering dan tidak bertumbuh. Sebuah proses yang tidak berjalan baik dan pastinya tidak memenuhi ekspektasi saya. 2. Sekarang gue akan bertanggung jawab atas pilihan pekerjaan yang gue tanda tangani kontraknya. Meski ternyata di awal penandatanganan kontrak gue sempat punya naluri bahwa ada sesuatu hal yang "kurang rapi" di sini, tapi karena gue bu
Sekarang kalo denger2 soal "mendoakan teman hidup", "mendoakan pasangan hidup", jadi agak2 bullshitty yah. Pada akhirnya yang harus dihadapi ya realitanya. Lu mau berdoa sekenceng apa, selama apa, kalo realita gak sama dengan yang lu doain ya ujung2nya yang dihadapi kekecewaan diri sendiri juga. Gue sekarang ngeliat yg gini2 mending doa buat diri sendiri sih. Melihat dan menelisik seberapa pantas gue untuk bersama seseorang. Nanti "seseorang"-nya ya biar Tuhan yg datengin. Karena kalo gue yg milih salah mulu. Capek dan sakit sendiri jadinya. I'm trying to learn and acknowledge my worth.
2 tahun bukan waktu yang sebentar untuk menunggu seseorang.