Posts

Showing posts from 2024

KENDALI - Part 2: Lewat Jalan Mana Nih?

Image
Salah satu rutinitas baru gue sebagai warga kantoran (lagi) adalah: memilih rute pergi dan pulang kantor. Biasanya, demi pengelolaan finansial yang lebih efektif, efisien, dan tentunya ekonomis, gue akan memilih rute naik transportasi umum. Namun ada masa di mana gue lagi kelelahan banget, mager berdiri di TJ/MRT, jadi kadang gue suka minta jemput sama cowok-cowok yang beda tiap harinya (a.k.a. babang greb atau goje ๐Ÿ˜…๐Ÿ˜‚). Gue suka banget naik motor, dibonceng, dan menempuh perjalanan jauh. Waktu tahun lalu masih kerja di area Karawaci, gue beberapa kali menempuh perjalanan otw pulang-pergi naik ojol. Costly, memang, tapi gue "membayar" pemandangan dan momen-momen merenung. Gatau ya, bagi gue paling enak dan nyaman itu merenung di dalam perjalanan menggunakan motor, bukan transportasi umum. Mungkin karena berasanya lebih 'private' kali ya; ditambah nikmatin angin sepoi-sepoi yang bikin muka adem, jadi seru aja gitu perjalanannya. --- Nah, dalam konteks per-otw-an naik...

KENDALI - Part 1: Siapa yang Pegang Kemudi?

Image
Beberapa hari yang lalu, gue balik ngantor naik Transjakarta. Waktu itu lagi hektik banget di kantor, jadwal padet, banyak deadline, banyak rapat, jadi rasanya energi sisaan cuma bertahan buat otewe pulang. Nah, buat yang relate dengan aktivitas 'naik TJ', pasti ngerti lah ya rasanya terguncang sesekali di dalam bus. Namanya juga transportasi darat yekan, pasti ada aja jegluk-jegluknya (apa coba ๐Ÿ˜…). Saat itu gue duduk di area penumpang umum, atau yang selain Area Khusus Wanita, karena tempat duduknya ngadep depan, bukan nyamping. Gue lagi pengen tidur banget, jadi butuh duduk deket jendela biar bisa senderin kepala. Di tengah perjalanan, gue sempet cemas karena guncangannya si TJ lumayan agak ganggu. Sebenarnya seperti yang gue mention di atas lah ya, naik TJ itu udah pasti siap dengan guncangan-guncangan yang ada. Cuman mungkin waktu itu kondisi gue lagi lelah banget, jadi yang ada malah insekyur. "Ini kenapa ya sama busnya? Gak ada kendala teknis kan? Apa jangan-jangan ...

์ด ๋…ธ๋ž˜๊ฐ€ ๋‚˜์˜ ์ง€๊ธˆ ์ข‹์•„ํ•˜๋Š” ๊ฒƒ์„์ด๋‹ค ๐ŸŽต๐Ÿฉท

"์ถ•๊ฐ€" - ๊ทธ๋ƒฅ feat. ์›ํ•„ (DAY6) ๊ฐ€๋” ๋„ˆ์˜ ๊ณ์—์„œ ๋„ ๋ฐ”๋ผ๋ณด๋ฉด ์‚ฌ๋ž‘์„ ์กฐ๊ธˆ ์•Œ ๊ฒƒ๋งŒ ๊ฐ™์•„ ๋‚˜์˜ ํ•˜๋ฃจ์—” ๋Š˜ ๋„ค๊ฐ€ ์žˆ๊ณ  ๋‚˜์˜ ๋ชจ๋“ ๊ฒŒ ๋„ ๋‹ฎ์•„๊ฐ€๋Š”๊ฒŒ ๋„ˆ์™€ ํ•จ๊ป˜ ๋‚˜๋ˆˆ ๋ชจ๋“  ์ˆœ๊ฐ„์ด ์„ ๋ฌผ์ฒ˜๋Ÿผ ๋‹ค๊ฐ€์˜จ๊ฑฐ์•ผ ๊ทธ์ € ๋„ค ๊ณ์—์„œ ๋„ ํ’ˆ์— ์•ˆ๊ณ  ์ด ํ–‰๋ณต์„ ๊ฐ„์งํ•˜๊ณ  ์‹ถ์–ด ๋ˆˆ๋ถ€์‹œ๊ฒŒ ์•„๋ฆ„๋‹ค์šด ๋„ˆ์™€ ๋ณ€ํ•จ์—†๋Š” ์šฐ๋ฆฌ ๋ชจ์Šต๋“ค์„ ์ €๊ธฐ ์ € ๋ณ„๋“ค๋„ ๊ธฐ์–ตํ• ๊ฑฐ์•ผ ๋ˆ„๊ตฌ๋ณด๋‹ค ๋„ˆ๋ฅผ ์‚ฌ๋ž‘ํ•ด ํ–‰๋ณตํ–ˆ๋˜ ์ˆ˜๋งŽ์€ ๋ฐค๋“ค์ด ๋ฌธ๋“ ๊ทธ๋ฆฌ์›Œ์ง€๋Š” ๋‚ ์—” ๋”ฐ๋œผํ•œ ๊ธฐ์–ต๋งŒ ๊บผ๋‚ด๋ณด์ž ์ง€๊ธˆ ์˜ค๋Š˜์˜ ์šฐ๋ฆฌ์ฒ˜๋Ÿผ ํ•ญ์ƒ ๊ณ์—์„œ ๋„ ๋ฐ”๋ผ๋ณด๋ฉฐ ์‚ฌ๋ž‘ํ•œ๋‹ค๊ณ  ๋งํ•ด์ค„๊ฑฐ์•ผ ์‹œ๊ฐ„์ด ํ๋ฅด๊ณ  ๋ชจ๋“ ๊ฒŒ ๋ณ€ํ•ด๋„ ๊ผญ ์žก์€ ๋„ˆ์˜ ์† ๋†“์ง€ ์•Š์„๊ฒŒ ์šฐ๋ฆฌ ํ•จ๊ป˜ ๋‚˜๋ˆˆ ๋ชจ๋“  ์ˆœ๊ฐ„์ด ์„ ๋ฌผ์ฒ˜๋Ÿผ ๋‹ค๊ฐ€์˜จ๊ฑฐ์•ผ ํ•ญ์ƒ ๋„ค ๊ณ์—์„œ ๋„ ํ’ˆ์— ์•ˆ๊ณ  ์ด ํ–‰๋ณต์„ ๊ฐ„์งํ•˜๊ณ  ์‹ถ์–ด ๋ˆˆ๋ถ€์‹œ๊ฒŒ ์•„๋ฆ„๋‹ค์šด ๋„ˆ์™€ ๋ณ€ํ•จ์—†๋Š” ์šฐ๋ฆฌ ๋ชจ์Šต๋“ค์„ ์ €๊ธฐ ์ € ๋ณ„๋“ค๋„ ๊ธฐ์–ตํ• ๊ฑฐ์•ผ ๋ˆ„๊ตฌ๋ณด๋‹ค ๋„ˆ๋ฅผ ์‚ฌ๋ž‘ํ•ด ํ–‰๋ณตํ–ˆ๋˜ ์ˆ˜๋งŽ์€ ๋ฐค๋“ค์ด ๋ฌธ๋“ ๊ทธ๋ฆฌ์›Œ์ง€๋Š” ๋‚ ์—” ๋”ฐ๋œปํ•œ ๊ธฐ์–ต๋งŒ ๊บผ๋‚ด๋ณด์ž ์ง€๊ธˆ ์˜ค๋Š˜์˜ ์šฐ๋ฆฌ์ฒ˜๋Ÿผ ํ•จ๊ป˜ ๊ฑท๋Š” ์ˆ˜๋งŽ์€ ๋‚ ๋“ค์ด ํ•ญ์ƒ ํ–‰๋ณตํ•  ์ˆ˜ ์žˆ๊ฒŒ ๋”ฐ๋œปํ•œ ๊ธฐ์–ต๋งŒ ์ฑ„์›Œ๊ฐ€์ž ์ง€๊ธˆ ์˜ค๋Š˜์˜ ์šฐ๋ฆฌ์ฒ˜๋Ÿผ

NIKAH

Image
“Ma, aku mau nikah.” “Oh yaudah. Ada pasangannya?” “Belum sih.” “Yee gimana.” “Abis temen-temenku udah, aku belum.” “Apanya?” “Nikahnyaaaa. Temen-temenku udah pada nikah, bahkan ada yang udah punya anak, tapi hidupku masih gini-gini aja.” “Ya terus?” “Ya makanya aku mau nikah jugaaa.” Wanita berusia kepala lima itu menghela nafas sejenak sebelum merespon putri bungsunya. “Terus kalau udah nikah, hidup kamu jadi bebas masalah?” Lala terdiam. Dia tak pernah memikirkan keterkaitan antara menikah dan masalah dalam kehidupan. “Ya tapi kan aku seenggaknya jadi gak kalah sama temen-temenku.” “Kamu lagi lomba balap karung?” Mereka terkikik geli. “Kok jadi lomba balap karung sih, Ma.” “Soalnya perkara nikah itu gak kayak lomba, La. Gak ada satu garis finish yang sama buat semua orang. Gak ada yang menang atau kalah. Inget gak momen wisuda kamu waktu itu?” “Inget.” “Berjuang banget kan pengen lulus? Begadang, bolak-balik bimbingan, ngelarin skripsi demi bisa dapet gelar, terus wisuda. Hari-H kit...