NIKAH


“Ma, aku mau nikah.”

“Oh yaudah. Ada pasangannya?”

“Belum sih.”

“Yee gimana.”

“Abis temen-temenku udah, aku belum.”

“Apanya?”

“Nikahnyaaaa. Temen-temenku udah pada nikah, bahkan ada yang udah punya anak, tapi hidupku masih gini-gini aja.”

“Ya terus?”

“Ya makanya aku mau nikah jugaaa.”

Wanita berusia kepala lima itu menghela nafas sejenak sebelum merespon putri bungsunya.

“Terus kalau udah nikah, hidup kamu jadi bebas masalah?”

Lala terdiam. Dia tak pernah memikirkan keterkaitan antara menikah dan masalah dalam kehidupan.

“Ya tapi kan aku seenggaknya jadi gak kalah sama temen-temenku.”

“Kamu lagi lomba balap karung?”

Mereka terkikik geli.

“Kok jadi lomba balap karung sih, Ma.”

“Soalnya perkara nikah itu gak kayak lomba, La. Gak ada satu garis finish yang sama buat semua orang. Gak ada yang menang atau kalah. Inget gak momen wisuda kamu waktu itu?”

“Inget.”

“Berjuang banget kan pengen lulus? Begadang, bolak-balik bimbingan, ngelarin skripsi demi bisa dapet gelar, terus wisuda. Hari-H kita segerombolan dateng ke wisuda kamu, foto sana-sini sampe kaki mama kapalan. Terus besoknya gimana? Masih happy-happy?”

“Ngg…nyari kerja sih.”

“Momen nikah juga gitu. Mungkin kamu liat kehidupan temen-temen kamu yang udah nikah di medsos terus jadi ngerasa ketinggalan. Jadi pengen ikut nikah juga. Tapi coba denger kisah mereka satu-satu: abis nikah apakah hidupnya jadi bebas dari masalah?”

Lala terdiam sambil memandangi sepiring nasi, sayur asem, dan tahu goreng yang ada di hadapannya sedari tadi.

“Pengen nikah boleh, ketar-ketir jangan. Nih buat lo”, ujar Diko tiba-tiba sambil menaruh es kopi susu kesukaan Lala di hadapannya.

“Kok pake whipped cream, Kak? Biasanya kan aku polosan”, protesnya.

“Biar gak FOAM-O”, ucapnya dengan nada meledek sambil melengos kabur ke kamarnya.

“Yeeuuu, salah beli nih pasti!” teriak Lala.

“Tuh, kamu dapet kopi yang salah aja kesel. Apalagi kalo sampe dapet pasangan yang salah”, ucap mama sambil berjalan ke arah dapur, meninggalkan Lala yang terdiam sambil manyun.

***

Comments

Popular posts from this blog

Enggak Mau Main Piano Lagi Selamanya

MUSIM(an) -- Sebuah perspektif dari cewek yang doyan makan

MAKANAN JIWA: Kasih yang (Tidak) Terbatas

Apakah Relasi dengan Sesama Bisa Menjadi Berhala?

7 Tipe Penumpang Gerbong Pertama dan Terakhir

Suasana Hati Seperti Langit: Mendung

"Rejection" vs "Reflection" - Belajar Dari Lagu MULAN

Cara Jatuh Cinta Sama Indonesia