Kalo kata Tiara Andini: "Terlalu cepat jatuhkan hati" - akhirnya jatoh beneran

Sebenarnya gak ada yang salah, sama sekali enggak salah, kalo dia akhirnya punya pacar.
Kan itu hidup dia, kenapa gue harus jadi yang "gimana-gimana"?

Tapi kenyataan bahwa respon gue semalam ketika mendapat informasi yang "misleading" tersebut membuat gue resah, gelisah, dan menangis (lagi!), berarti memang gue belum melepaskan dengan seutuhnya. Hati tuh rasanya perih gitu dan langsung muncul pertanyaan: "Hah, secepat ini? Buset, gue belum siap ancur berantakan!"

Yatapi kan dia punya hidup yang harus diurus dan dipertanggungjawabkan sendiri loh. Siapa gue yang berani-beraninya mau terlibat? Siapa gue yang sok-sokan kenal?

"Kenal"...yayaya, itu permintaan utama dalam doa yang gue utarakan beberapa tahun lalu. Gak minta lebih, cuma minta pengen kenal aja. Dan...ya dijawab.
Tapi manusia mana ada sisi puasnya sih? Abis dijawab satu minta yang lain. Terus aja terus minta lebih sampai lupa bahwa sebenarnya ada proses yang harus dijalanin...dan ini gak melulu tentang doa yang dijawab apa engga, tapi tentang transformasi karakter yang disadari atau engga.

Sempet ngerasa bitter dengan proses mendoakan-mendoakan yang menurut gue aneh dan gak make sense ini, dan makin gak make sense karena gue lambat laun jadi orang yang punya tendensi untuk posesif dan obsesif terhadap seseorang yang...yaampun dibilang temen juga yaa gak gimana-gimana banget. Kenalan keknya lebih tepatnya, belom jadi temen bahkan kayaknya.

Menyadari kebrengsekan gue berimbas negatif pada diri gue sendiri (dan bahkan berpotensi melukai/membuat bingung pihak sana karena guenya aneh), akhirnya gue menjauh.
Boro-boro makin jadi temen baek, yang ada malah bangun jembatan relasi yang super memisahkan.

Aneh lah gue. Gue sempat menyesali setiap proses yang pernah gue mulai dan alami. Ya sempet kecewa sama dianya tapi lama-lama gue ngerasa bego dan aneh sendiri, like: "Lo ngapain anjiiirr??!! Heeeyy itu anak orang bukan sape-sapenya elu udah lu begituin cuma gegara chat kagak direspon. Dikata dia kagak ada kehidupan?"

That's why ketika gue sadar ini udah mulai masuk perasaan, gue memutuskan untuk menjauh, bener-bener menjauh, karena gue ngerasa apa yang gue rasain bakal ngelukain dia, sadar atau gak sadar, dengan perilaku gue yang aneh.

Mungkin sekarang dia udah notice kalo gue aneh, tapi seengganya gue gak menambah keanehan itu. Makanya gue menjauh. Cuman ya itu, belum siap aja dengan info yang gue denger semalem--responnya fix banget masih belum let go. Fix fix fix.
Pas dibantu konfirmasi fakta sama 2 rekan terdekat, gue jadi bingung sendiri dan tersadar:
"Anjir gue belum move on."

Comments

Popular posts from this blog

Enggak Mau Main Piano Lagi Selamanya

MUSIM(an) -- Sebuah perspektif dari cewek yang doyan makan

Cara Jatuh Cinta Sama Indonesia

MAKANAN JIWA: Kasih yang (Tidak) Terbatas

Apakah Relasi dengan Sesama Bisa Menjadi Berhala?

7 Tipe Penumpang Gerbong Pertama dan Terakhir

Suasana Hati Seperti Langit: Mendung

"Rejection" vs "Reflection" - Belajar Dari Lagu MULAN