Berdoa tentang Trauma Berdoa (e punten, gimana maksudnya? πŸ€”)

Doaku hari ini:

Tuhan Yesus,

Engkau tau aku kecewa.
Engkau tau aku hopeless.
Engkau tau aku udah gak punya semangat hidup.
Engkau tau aku capek memiliki keinginan tapi harus sepaket dengan menerima kenyataan jika keinginanku gak terkabul, atau jika waktunya gak sesuai dengan yang aku mau.
Engkau tau aku jadi trauma untuk berdoa dan meminta/mengajukan permintaan-permintaanku pada-Mu. Kayak...ya berdoa sih berdoa. Buat naikin ungkapan syukur, buat mengakui bahwa Engkaulah Tuhan yang berdaulat dalam hidupku, buat mengagungkan nama-Mu yang adalah pemilik hidup aku. Tapi kalo berdoa untuk request sesuatu lagi...kayak trauma gitu, Tuhan...

Aku lagi kepengen beli kamera mirrorless. Dan baru inget gitu, dari dulu akutuh pengen punya kamera sendiri (bukan kamera hape), karena aku suka mendokumentasikan momen dan aku simpan sebagai kenang-kenangan. Tapi bahkan sampai gaji aku mencapai titik tertingginya aja, gak kebeli-beli itu kamera.
Aku tau, bukan karena Engkau gak ngasih. Inimah karena Meistanya terlalu altruistik aja. Dapet gaji bukannya dipake dan dinikmati sendiri, malah orang lain yang dipikirin; keluarga lah (ya kayak ngerasa kewajiban dan tanggung jawab aja sih), traktir temen-temen lah (padahal ini super duper gak wajib dan merekanya pun juga gak minta), dan segelintir aksi sosial lain.

Ya aku tau, sebenarnya Tuhan gak larang aku juga untuk ngelakuin itu semua ketika aku memang senang melakukannya.
Cuman sekarang konteksnya aku lagi trauma aja untuk meminta sesuatu kepada-Mu.
Kayak jadi pesimis gitu.
Kayak ngerasa keinginanku itu gak align sama keinginan-Mu.

Padahal...aku mikir lagi kayak...
"Yaelah Mei, sepele banget buat Tuhan mah ngasi lu kamera. Inget gak sih, Dia tuh gak pernah masalahin lu kepengen beli apa beli apa. Nih ya, biasanya, di balik setiap keinginan dan doa-doa yang lo sampaikan, seringkali tersingkap pelajaran-pelajaran hidup yang Dia mau lu ngeh.
Jadi bukan soal lu dapetin kamera mirrorless-nya apa enggak. Bukan juga soal apakah hati lu terhadap si beliau bertepuk sebelah tangan apa engga (iya kan, itu kan yang bikin lu trauma ngedoain sesuatu/seseorang yang lo inginkan?), tapi hati dan kepercayaan lu memang akan terus diuji.
Kayak...masi mau percaya gak lo sama Dia sekalipun keinginan lo gak terkabul? Atau sekalipun apa yang lo pengenin di-delay?"

Tuhan...udahlah soal pasangan hidup mah. Aku pasrah. Satu hal yang aku pahami adalah aku sekarang lagi ingin makin intim dan dekat sama-Mu, dan juga sama diriku sendiri. Karena kelak, berpasangan atau tidak, hanya aku yang bisa mengerti diri sendiri.
Terus...sekarang request utamaku ganti, Tuhan. Aku pengen beli kamera.
Buat jalan-jalan.
Boleh yah, Tuhan πŸ™πŸ™πŸ™

AMIN.

Comments

Popular posts from this blog

Enggak Mau Main Piano Lagi Selamanya

MUSIM(an) -- Sebuah perspektif dari cewek yang doyan makan

Cara Jatuh Cinta Sama Indonesia

MAKANAN JIWA: Kasih yang (Tidak) Terbatas

Apakah Relasi dengan Sesama Bisa Menjadi Berhala?

7 Tipe Penumpang Gerbong Pertama dan Terakhir

Suasana Hati Seperti Langit: Mendung

"Rejection" vs "Reflection" - Belajar Dari Lagu MULAN