KISAH SAHABAT (bukan judul film)

(kiri ke kanan: Aufa, Tasia, Veve, Meista)


Siapa yang nyangka bahwa persahabatan bisa tercipta hanya gara-gara ngerjain tugas bersama? Kami sih gak nyangka 😁

Perkenalkan teman-teman saya: Rina Nur Aufa Arifin (Aufa), Anastasia Woro Ayu Pangastuti (Tasia), dan Verina Haifa Hasanah (Veve). Kami berempat bukan geng nero atau sekelompok cewek-cewek yang mengaku dirinya bersahabat kemudian beli gelang samaan supaya keliatannya kompak kok. No. Kami cuma sekelompok (yang tadinya) mahasiswi yang punya hasrat tinggi di bidang perfilman atau per-video-an.

Kami adalah (mantan) mahasiswi Industri Kreatif Penyiaran, sebuah peminatan yang mengarahkan kami bagaimana menjadi insan kreatif di industri audio-visual non-berita (kalo yang industri audio-visual berita masuk ke peminatan Jurnalisme). Salah satu mata kuliah yang harus kami ambil adalah Produksi Video. Waktu itu dosen kami, Bang Sam Sarumpaet, memilih 7 orang yang ide ceritanya paling bagus untuk jadi sutradara sekaligus ketua kelompok produksi. Veve masuk ke salah satu dari 7 sutradara terpilih ini. Nah biasanya kan anggota kelompok itu kalo gak ditentukan sama dosennya ya sama ketua kelompoknya, atau bisa juga ngacak. Tapi kali ini Bang Sam meminta kami untuk menentukan sendiri mau masuk ke ide cerita yang mana. Dari 7 ide cerita yang unik-unik semua, akhirnya saya memilih gabung di timnya Veve (oiya, di mata kuliah ini kami masih semester 2 ya, belum terlalu kenal banget sama temen sekelas). Selain saya, ada Aufa sama Tasia juga yang gabung di tim ini. Berawal dari tugas kelompok inilah akhirnya kami jadi deket. Mulai dari team-building lah, bikin skenario bareng lah, sampe nginep bareng buat ngerjain editing. Gak cuma tugas kuliah, ada proyek lomba sama kepanitiaan juga yang kami kerjain bareng-bareng. Intinya mungkin udah terlalu nyaman satu sama lain deh. Cuma ya itu, zona nyaman mungkin harus kami lepasin ketika kami semua lulus kuliah dan mengejar mimpi di dunia alumni.

Kami semua lulus di tahun 2015, tapi beda bulan. Aufa dan Tasia lulus di bulan Februari, saya dan Veve lulus di bulan Agustus. Ketika masing-masing udah punya kesibukan sendiri, ternyata yang namanya ketemuan itu susahnya ampun-ampunan. Gak segampang dulu yang tinggal nyamper ke kosan Veve atau tinggal chat janjian ketemuan di depan Kopma (Koperasi Mahasiswa...kalo gak salah πŸ˜…). Ternyata butuh usaha dan pengorbanan lebih keras untuk sekedar ketemuan dan silaturahmi. Tahun 2016 kami pernah sampe nginep bareng di salah satu hotel daerah Kemang demi supaya bisa ngobrol update seputar kehidupan masing-masing. Tahun 2017 kami bener-bener gak ketemu full-team sama sekali. Sempet ada perbincangan mau ketemu bulan Desember, tapi ternyata aktivitas saya dan Tasia menjelang Natal membuat kami harus mengundur pertemuan sampai 2018.

...dan akhirnya keinginan kami terkabul. Jumat 12 Januari 2018 kami janjian ketemu di Kota Kasablanka (Kokas). Sebelumnya kami sempet bingung nentuin tempat ketemuan mengingat kami bekerja di belahan Jakarta yang beda-beda. Tasia dari Sunter, Veve dari Senayan, Aufa dari Bogor, dan saya dari Kemang. Jauh yha.... πŸ˜… Oh iya, ada yang kocak deh terkait jarak kami yang jauh-jauhan ini. Walaupun kami janjian jam 19:00, tapi kalo ada urusan kerjaan yang belum kelar pasti harus dikelarin dulu kan. Mendekati sekitar jam 19:00 grup Whatsapp (WA) mulai rame karena masing-masing update kondisi udah jalan atau belum, agak telat karena masih meeting, masih nungguin paket dateng, dan lain-lain. Kemudian muncul chat berikut:

Aufa: "Kabarin yaak kalian diem dimana nanti"
Meista: "Siiiipppp"
Tasia: "Macet nih cin, nanti kita koling"an yak"
Meista: "Pada shareloc aja shay. Live location"
Veve: "Iyah. Gw udah d jembatan ci"

Fyi, Whatsapp punya fitur berbagi lokasi yang baru, namanya Live Location. Kita bisa liat posisi rekan chat kita secara real-time. Fitur ini bisa dipake di grup chat maupun japrian. Caranya:
  1. Buka aplikasi Whatsapp
  2. Masuk ke chatroom
  3. Pilih tanda paper clip (simbol 'attachment') yang ada di bawah, sejajar sama menu emoticon, kamera, dan mic
  4. Pilih Location
  5. Piliih Share live location
  6. Pilih durasi live location yang lo mau. Bisa 15 menit, 1 jam, atau 8 jam
  7. Bisa juga tambahin komentar di live location semacam "Gue dimari, gengs" atau sejenisnya. Gak wajib sih.
  8. Pilih 'send' (logo hijau di sebelah kanan bawah yang ada gambar pesawat kertas)
NO ENDORSE, guys πŸ˜‚ Cuma berbagi manfaat aja soalnya ini fitur keren banget. Nah, kalo semua anggota grup chat melakukan hal ini, bakal keliatan tuh siapa yang udah sampe tempat tujuan, siapa yang masih jauh. Yang kocak adalah:

JENG JENG!!!

Dikala garis kemacetan Jakarta mulai memerah, kami kudu berjuang nyampe ke tengah-tengah. Ini yang shareloc baru saya, Veve, dan Tasia. Ketika Aufa baru gabung di live location.....


JENG JENG JEEENNNGGG!!!

Dalam hal ini sekadar ketemuan sebentar aja rasanya penting banget. Wajib diprioritaskan. Se-penting kalo diajak meeting sama bos, se-penting ngerjain kerjaan yang deadline-nya mepet. Puji TUHAN akhirnya kemarin kami sampai dengan selamat di Kokas. Nanny's Pavillon menjadi saksi rindu kami sepanjang +/- 2 jam sebelum tutup toko. Cemilan yang (menurut saya) cukup mahal dan live music tetangga sebelah yang keras-banget-sampe-kami-harus-teriak-pas-lagi-cerita terbayarkan penuh dengan kisah-kisah kehidupan pribadi kami masing-masing. Cerita cinta lah, cerita pekerjaan lah, bahkan ternyata kami memang masih punya kerinduan yang besar di bidang media kreatif audio-visual. Saking asiknya ngobrol dan berbagi 'percikan' hadiah (cuma saya yang gak ngasih percikan 😭😭😭 tapi makasih yaa Aufa atas tumbler, kaos kaki, sama maskernya! Makasih juga Tasia atas kalung dan foto instax-nya! Makasih juga Veve atas tumblernya! πŸ™†πŸ™†πŸ™†), kami sampe gak nyadar bahwa kami adalah tamu terakhir disitu; tamu terakhir yang nunggu diusir karena kami masih pengen berlama-lama bersama. Cuma ya kali yaa kami nongkrong sampe tutup mall πŸ™ˆ

Gara-gara waktu yang singkat ini, kami bertekad menentukan waktu berikutnya untuk dikosongin supaya kami bisa nginep bareng seperti tahun 2016 kemarin (yaaay! Can't wait guys!).


Oh iya ini ada beberapa percikan dokumentasi efek rindu karena lama gak bertemu:
















Ketemuan/reunian bareng temen lama bukan hanya sekadar untuk senang-senang atau banyak-banyakan foto di socmed. Bagi saya, momen-momen kayak gini mengingatkan kita bahwa ada orang-orang yang pernah berjasa di hidup kita pada masa lampau; orang-orang yang gak boleh dilupakan sekalipun saat ini kita sudah punya komunitas baru; orang-orang yang bikin kita inget bahwa dunia ini bukan hanya soal 'aku', 'aku', dan 'aku', tapi ada 'mereka' dan 'kalian'; orang-orang yang juga mengingatkan kita betapa pentingnya sebuah relasi tatap muka sekalipun harus 'bayar harga mahal'--waktu, tenaga, ongkos, juga paket data, dibandingkan dengan sebuah relasi yang hanya melulu lewat chatting atau media sosial.

Love yourself, love each other πŸ’–



P.S.:
Oh iyaaa, mampir-mampir yaah kesiniii hehehe 😁
🎬 KISAH SAHABAT

Ini percikan karya kami waktu kuliah dulu. Masih amatiran, dan sampe sekarang juga masih ngerasa cupu, tapi semoga passion yang gak pernah pudar ini jadi pemicu semangat supaya kami bisa jadi insan kreatif muda Indonesia yang berdampak bagi sesama. #SEDAPH!

Sedikit kisah dibalik pembuatan film pendek Kisah Sahabat. Jadi ceritanya waktu itu kami berempat lagi rempong banget ngurusin sebuah event nasional tahunan yang diadakan oleh Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (sebut saja event Pekan Komunikasi). Di saat yang sama, Unit Kegiatan Mahasiswa Divisi Mahasiswa Anti Narkoba Universitas Trisakti membuka pendaftaran lomba film pendek. Berhubung kami anak-anaknya nekat banget, jadilah kami daftar dan langsung jalanin proses pra-produksi, produksi, sampe pasca-produksi. Suatu hari, Meista yang jobdesc-nya jadi sutradara merasa iba dengan Veve yang jobdesc-nya jadi editor. Kenapa iba? Soalnya mbak Veve ini keliatan lelah banget; disamping ngurusin editing film yang deadline-nya udah gak lama lagi, dia juga lagi rempong di kepanitiaan Pekan Komunikasi tersebut. Akhirnya si Meista ini berinisiatif untuk membantu editing video, dan Veve pun menyetujuinya. Kebetulan emang si Meista ini udah gak sibuk karena proses syuting sudah selesai. Entah setan apa yang lewat waktu itu, tiba-tiba si Meista ngubah nama file project editing video. Gak tau untuk apa tujuannya. Kalo gak salah sih supaya terorganisir atau apalah (anaknya terlalu suka sama kerapihan file-file soalnya πŸ˜…). Tiba-tiba pas mau dibuka lagi, semua file hasil editannya hilang. Padahal itu film udah tinggal 80% lagi selesai.
Panik. Gak tau harus ngapain. Mana Veve sama Aufa masih pada tidur (kejadiannya pas subuh-subuh saat saya nginep di kosan Aufa & Veve. Kebetulan paginya saya gak ada kelas jadi bisa begadang nyicil editing). Berkali-kali saya buka-tutup itu file, project-nya tetep gak balik. Oiya bentar, sebelumnya saya coba bantu jelasin dulu. Jadi, perangkat lunak editing video itu punya beberapa elemen: video, gambar, teks, suara, dan musik. 

(Lihat ikon-ikon yang ada di paling kiri)
Nah, ibarat masak nasi goreng, si elemen-elemen itu semacam bahan-bahan dasarnya--nasi, bumbu-bumbu, minyak goreng, sayur, sosis, bakso, dan lain-lain. Elemen yang udah masuk ke timeline project itu kayak bahan-bahan nasi goreng yang udah dipotong-potong, dicincang, dihaluskan, sampe dimasak. Kalo bahan-bahan ini tiba-tiba lenyap, lo mau masak apa? Kira-kira begitulah yang terjadi saat saya-entah-apa-tujuannya nge-rename si file project ini.

😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱

Dengan rasa bersalah yang amat besar, paginya saya ngaku ke mereka bertiga bahwa saya telah menghilangkan sebuah (calon) karya yang siap dipublikasikan ke dunia nyata. Gak enak hati, jelas. Mereka juga pasti kesal, tapi yang saya teladani dari mereka adalah: maju terus pantang mundur! Walaupun deadline pengumpulan karya film udah mepet, tapi mereka berjuang sama-sama ngakalin project ini supaya bisa jadi karya utuh (while saya waktu itu cuma nontonin mereka dari pojokkan sambil menyesal tiada akhir πŸ˜‚).

Puji TUHAN, ternyata kami masih diperbolehkan untuk dapet juara 3 πŸ’›πŸ’›πŸ’›...dan sejak saat itu saya gak akan pernah lagi sok tau nge-rename file project editing video apapun πŸ˜‚

Comments

  1. Oh my God! That rename incident :""

    hahahaha.. Gapapa Mei. Gue ga kesel selaku editor, cuma heran itu file terbang kemana. Wkwkwkwk.. Tenang aja, nyatanya tangan gw lebih ajaib kan? Lol

    Waaanjay kenapa jadi as RamaShinta TV? Percikan tugas ex-bosnya Aufa itu ya kalo gasalah? HAHAHAHAHAHA...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha yoiii tangan lo debak beud dah.. Padahal kalo gak salah deadlinenya tinggal 3 hari lagi yak :"""")))

      Itu username ganti keleus Ve :"D

      Delete

Post a Comment

Thank you for your comment! :D

Popular posts from this blog

Enggak Mau Main Piano Lagi Selamanya

MUSIM(an) -- Sebuah perspektif dari cewek yang doyan makan

Cara Jatuh Cinta Sama Indonesia

MAKANAN JIWA: Kasih yang (Tidak) Terbatas

Apakah Relasi dengan Sesama Bisa Menjadi Berhala?

7 Tipe Penumpang Gerbong Pertama dan Terakhir

Suasana Hati Seperti Langit: Mendung

"Rejection" vs "Reflection" - Belajar Dari Lagu MULAN