Hanya Bisa Tersenyum Miris

Photo by Duy Pham on Unsplash


Just sharing my thought.

-----

Gue adalah salah satu orang yang cukup apolitis.

Kenapa 'cukup'?

Karena kadang peduli sama dunia politik, kadang enggak.

Kalau mau dibilang militan sih ya enggak banget.

Tapi gue enggak pernah melewatkan satu pemilihan umum apapun itu.

Pilpres, pileg, sampai pilkada gue ikuti semua.

Alasannya sih ya sesepele ikut peraturan dan diajak orang tua.

That's it.

Gak terlalu tau dan peduli apakah keikutsertaan gue nyoblos tuh berdampak atau enggak buat negara.

-----

Pasca resign dari salah satu perusahaan media besar di Indonesia, gue dapat kesempatan untuk membantu salah satu caleg yang akan maju sebagai anggota legislatif DPR RI.

Freelance ajah.

Dan ini pun memang karena channel dari sobat gue sendiri.

Bantuan yang gue lakukan pun bukan yang kayak tim turun lapangan kampanye-kampanye gitu.

Cuma jadi mimin socmed.

Social Media Strategist lah kalo bahasa kerennya mah.

Hahaha.

Masih confidential, nanti setelah pemilu 17 April 2019 mungkin baru bisa kuberitahu siapa caleg yang sedang kubantu.

Anyway, ternyata kesempatan freelance ini bikin gue belajar banyak sih.

Khususnya tentang dunia politik.

Bayangin aja, gue yang setengah apolitis ini jadi wajib paham cara bermain politik di Indonesia...

Wajib tahu kabar-kabar terbaru soal pemilu, sering nonton berita, sering liat-liat socmed yang ngebahas pemilu, dll.

Dan di postingan ini gue mau berbagi unek-unek hati maupun pikiran dari beberapa hal yang gue pelajari akhir-akhir ini.

-----

Man, pemilu kali ini sungguh banyak drama ya.

Khususnya dari kalangan warganet.

Ini gue nulis enggak ada landasan datanya ya.

Tapi ini fakta dan berdasarkan pengalaman di dunia maya.

Jadi kalian yang mungkin mau menyanggah pendapat gue, silakan aja.

Gue dan teman gue ini menjalankan akun social media dari seorang caleg.

Kami update berbagai postingan yang positif dan (sekiranya) bisa memberikan pengaruh baik.

Yang bikin gue miris adalah melihat betapa cukup banyaknya warganet yang menghujat si caleg ini maupun partai yang ada di belakangnya.

Kata-kata kotor seperti kotoran (enggak usah gue sebut di sini lah ya, ngotorin blog gue dan kalian pasti sudah tau itu apa), sampah, sumpah serapah, olok-olok, itu semua menghiasi kolom komentar beberapa postingan.

Gue cuma mikir: Gila sih ya ini orang-orang.

Tapi ya mungkin memang kayak gini bermain di dunia politik.

Ada pro dan kontra, ada keberpihakan, ada penyerangan.

Puji Tuhan hal ini jadi pelajaran buat gue untuk lebih kebal saat menghadapi komentar-komentar warganet yang (mungkin) enggak lebih cerdas daripada si caleg yang dihujatnya.

Akhirnya gue menyimpulkan bahwa: setiap caleg pasti dihujat.

Mau yang memang punya visi dan misi mulia sekalipun, tetap dihujat.

Atau bolehkah gue bilang: setiap tokoh politik pasti dihujat?

Atau benarkah kesimpulan gue ini bahwa: setiap orang pasti dihujat; mau orang baik, ataupun orang jahat?

-----

Tahun ini gue melihat ada sebuah partai baru yang idealismenya luar biasa.

Visi misinya sangat-sangat perfeksionis lah pokoknya.

Ya tak perlu gue sebut kalian udah tau lah ya apa nama partainya.

Gue gak pengen menghujat partai ini.

No, sama sekali enggak.

Bahkan sepanjang hidup gue sampai saat ini belum pernah gue menghujat partai manapun itu (antara kurang kerjaan atau enggak ngerti tujuan keberadaan mereka di negara ini).

Surprisingly, gue cukup tertarik untuk memilih partai ini tanggal 17 April nanti.

Kenapa?

Idealismenya tinggi dan punya tujuan yang jelas.

Ini pendapat gue ya.

Gue paham banyak orang yang meng-underestimate partai ini karena:
1. Pendatang baru
2. Banyak 'anak kecil'-nya alias para millenialsnya
3. Visi misinya cukup perfeksionis dan seperti tak mungkin untuk diwujudkan

Buat warga yang punya pemikiran poin nomor 3, gue hanya bisa tersenyum miris sama kalian.

Gue tau kok ini partai cukup perfeksionis dan idealisnya tingkat tinggi.

Tapi siapa yang tahu kedepannya ternyata mereka betulan bisa membawa Indonesia jadi lebih baik lagi.

Betul, memang tak bisa dipastikan apakah anggota-anggota mereka nantinya kalau udah nyemplung ke dunia parlemen akan seidealis saat kampanye; akan sebersih saat kampanye; akan anti korupsi dan anti-anti lainnya yang mereka gaungkan di awal.

Gue pun tak bisa pastikan hal itu.

Tapi enggak ada salahnya toh kalau kita kawal?

Enggak ada salahnya toh kalau percaya di awal dan kawal mereka dalam memenuhi janji-janji idealisnya semasa kampanye?

-----

Sayangnya, partai baru ini cukup mendapat banyak celaan di social media.

Mulai dari ngata-ngatain trademark sang ketua umum yang iklannya sengaja dibikin garing dan viral, dikatain partai sampah, dikatain partai gak mutu, dan masih banyak lagi cemoohan lainnya.

Ini gue saksikan betul di socmed caleg yang sedang gue urusin.

Malah di salah satu postingan ada warganet yang 'promosiin' partai lain supaya salah satu agama bisa aman.

Aman???

Emang ada apa sama agama lo sampe mesti diamanin segala?

Heran sih gue sama komen-komennya warganet itu.

Dan mungkin cela-celaan ini juga terjadi di caleg-caleg partai lain.

Berusaha untuk berpikiran positif, gue rasa beginilah memang kehidupan celotehan politik di dunia maya.

Super jahat, dan banyak komentar-komentar yang kayaknya enggak difilter dulu di otak.

Kayak asal ngetik terus kirim aja gitu.

Ckckck.

-----

Seandainya pesta demokrasi ini benar-benar bisa terselenggara seperti 'pesta' pada umumnya...

Pesta yang menyenangkan tanpa harus hujat-hujatan...

Pesta yang dirayakan tanpa harus bikin fitnah, bermain curang, atau saling berantem...

...pasti hubungan antar manusia pun bisa tetap terjalin harmonis.

Sekalipun di dunia maya.

Sedih sih kalau pesta demokrasi ini cuma penuh dengan hujatan dari orang-orang yang enggak berpengharapan.

Ayolah, harapan itu masih ada.

Jangan selalu berpikiran sempit, jangan selalu menyalahkan pemerintah atau orang lain.

Pada dasarnya, kita semua adalah manusia yang enggak sempurna dan penuh dosa.

Yang membedakan hanyalah:
1. Manusia yang masih punya harapan terhadap sesamanya, dan
2. Manusia yang sudah hilang harapan terhadap sesamanya.

Yang nomor 2 itulah yang hobinya mencaci, mencela, menghujat tanpa arah.

Yang nomor 2 itulah yang berkemungkinan besar bakal golput di tanggal 17 April 2019 nanti.

Manusia yang sudah hilang harapan terhadap sesamanya.

Dan gue hanya bisa tersenyum miris melihat kalian... 💔

#GUEPILIHPEDULI

-----

DISCLAIMER:
SEMUA NOMOR-NOMOR YANG ADA DALAM POSTINGAN INI TAK ADA KAITANNYA DENGAN NOMOR URUT APAPUN DAN SIAPAPUN. MOHON KETERBUKAAN PIKIRANNYA, TERIMA KASIH.

Comments

Popular posts from this blog

Enggak Mau Main Piano Lagi Selamanya

MUSIM(an) -- Sebuah perspektif dari cewek yang doyan makan

Suasana Hati Seperti Langit: Mendung

"Rejection" vs "Reflection" - Belajar Dari Lagu MULAN

Gapapa, Meistaaa, gapapaaa

Tantrum: Si Paling Bikin Kenyang dan Menguras Energi