Letih Lesu dan Berbeban Berat

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."

I don't know what's happening in my life right now, but seems I'm facing another phase, again.

Another 'naik-kelas'.

Jelas tertulis bahwa Tuhan Yesus ngasih kita keringanan dan membuka tangan-Nya untuk "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat...". Jadi sesungguhnya, even no one, no one, who ever told me to have any kind of expectations.

Dalam hal apapun.

Terlebih dalam hal suka sama teman lawan jenis; yang seringkaliiii....membawa gue pada depresi berat karena berkali-kali mengalami one-sided love.

Malam ini, setelah pulang kondangan resepsi pernikahan temen tadi siang, gue kembali merenung dan mengingat-ingat lagi: siapa sih Mei yang nyuruh lo untuk berekspektasi bahwa si A, si B, si C itu suka sama lo? Siapa sih yang ngasih tau lo untuk berharap, atau untuk 'membaca pikiran' si A, si B, si C itu bahwa mereka menaruh perasaan sama lo? Gak ada kan?

Even Tuhan Yesus dalam Firman-Nya juga gak ada lho perintah untuk gue macem: "Berekspektasilah, dan berharaplah pada laki-laki yang kamu pikir dia menyukaimu". Gak ada, gak ada tuh kayak gitu.

So...yang selama ini membebani pikiran-pikiran gue dengan ekspektasi yang berujung pada patah hati gue adalah:
1. Diri gue sendiri
2. Hawa nafsu diri gue sendiri
3. Keinginan daging gue sendiri

Padahal, kalo diteliti kembali, hati gue mungkin biasa-biasa aja. Enggak se-ngebet pikiran gue gitu.

===

Ini gue nulis kayak gini karena sepertinya kembali berhadapan dengan badai yang sama. Ada seorang pria yang gue lirik sejak akhir tahun lalu, namun realitanya gue belum kenal-kenal banget sama orang ini. Masih sama-sama orang asing lah intinya. Asli, cuma ngelirik, like: "Ni orang menarik juga..sosoknya leader banget". Well, yea, gue pun memang mencari sosok laki-laki yang bisa memimpin sih. Dan yang bisa gue "abang"-in. Hehehe.

Tapi itu cuma sampe situ aja. Baru sampe sebatas melirik. Kalo ditanya ke dalam hati apakah gue punya perasaan apa engga, yaa...bisa iya bisa engga. Tergantung intensitas pertemanan nantinya aja gimana. Orang sekarang masih sama-sama 'baru kenal'. Gak bakal bisa gue langsung menyatakan "oh, gue suka sama ni orang!". Belum tentu sih.

Nah, yang jadi permasalahannya adalah lagi-lagi soal: ekspektasi. Pikiran gue seringkali mengarahkan hati gue untuk: "Udah, suka aja, suka. Dia single ini. Paling dia juga suka sama lo."

INI yang bikin gue suka stres sendiri. Memang sih, urusan menggumulkan teman hidup butuh koordinasi yang kompak antara perasaan dan logika. Gak mudah, tapi layak untuk diupayakan. Karena relasi yang sehat gak hanya tentang perasaan, tapi juga melibatkan akal sehat.

Merenungi hal ini, teringatlah gue akan ayat Firman Tuhan dari Matius 11:28-30 itu. Gue berkata pada diri sendiri: "See? Even Jesus didn't tell you to expecting someone. He even says, 'Come to me, all you who are weary and burdened, and I will give you rest.'"

Don't be too harsh to yourself, Meista. Jesus accepts your past, your pain, your fears, your rejection's experiences. He accepts it all, He paid it all.
Now it's always your turn: which path you'll choose. You decide.

===

Doa Meista:

Dear God,

I know you're hearing me right now. My soul is restless. My mind keep buzzing, busy, and overwhelmed.
Ada rasa takut ditolak lagi ketika saat ini aku tengah melirik seseorang (meskipun belum suka karena kayaknya aku takut untuk membuka hati).
Ada rasa ketidakpuasan dalam pekerjaan yang tengah kulakukan saat ini.
Ada rasa jenuh dari mengalami trauma akibat beberapa hal di masa lalu.
I'm really tired, Lord. Don't know what to do...
I need someone to lead me in this temporary life..
And I want to keep growing in You, find out piece by piece about what You want me to do in this fallen world.

Please forgive my sins, and I want to connect with You again through Your words, my pray, and get some helped by books and friends in community.

I thank You tonight. Amen.

Comments

Popular posts from this blog

Enggak Mau Main Piano Lagi Selamanya

MUSIM(an) -- Sebuah perspektif dari cewek yang doyan makan

Cara Jatuh Cinta Sama Indonesia

MAKANAN JIWA: Kasih yang (Tidak) Terbatas

Apakah Relasi dengan Sesama Bisa Menjadi Berhala?

7 Tipe Penumpang Gerbong Pertama dan Terakhir

"Rejection" vs "Reflection" - Belajar Dari Lagu MULAN

A Deep Grief, A Great Bless (part 1)