A Deep Grief, A Great Bless (part 2)

Photo by A. L. on Unsplash

"...Sungguh banyak hal yang sangat gue syukuri di hari itu meski hati dirundung duka.

Terpujilah TUHAN!"

***A DEEP GRIEF, A GREAT BLESS (part 1)***

-----

Jumat, 21 Juni 2019

Bermodalkan tidur yang cuma beberapa jam, pagi itu sekitar jam 7:00 gue melanjutkan packing dan siap-siap berangkat ke Pintu Air, Juanda.

Masih dengan suasana hati yang gloomy, puji Tuhan Ia menolong gue untuk tetap fokus nge-list barang-barang apa yang perlu dibawa dan masuk-masukin semuanya ke dalam tas.

Terutama contekan aransemen musik yang akan gue gunakan di pelayanan hari Sabtu.

Oh iya, salah satu berkat yang sangat gue syukuri lagi adalah gue sudah mendapat izin dari kantor untuk mengikuti Kamp Tahunan Alumni (KTA) dari hari Jumat--sehingga gue enggak perlu ketinggalan satu materi pun.

Bahkan, bos gue memberikan izin dengan sangat mudahnya; padahal gue belum genap sebulan bekerja di tempat kerja gue yang sekarang.

Selesai packing, sarapan, mandi, minum vitamin, gue pun berangkat setelah pamitan dengan semua orang yang ada di rumah.

Awalnya gue mau ngeteng naik Transjakarta, tapi karena kondisi fisik gak memungkinkan (dan jam juga sudah menunjukkan pukul 9:00 sedangkan gue harus tiba di Pintu Air jam 10:00), akhirnya gue memesan transportasi daring.

Dan singkat cerita, gue tiba di Pintu Air dengan selamat.

Begitu juga sampai ke Wisma Kinasih dengan selamat.

Puji Tuhan.

Mmmm...kalo ditanya gimana perjalanannya sih ya lancar-lancar aja.

Cuma memang guenya yang lebih banyak bengong aja, jadi gak ada hal seru yang bisa diceritain juga.

Orang selama perjalanan gue cuma tidur-denger lagu-bengong-tidur lagi ๐Ÿ˜‚

---

Sesampainya di Kinasih, gue sempet gak tau mau ngapain.

Soalnya memang belum jamnya check in, jadi gak bisa langsung masuk kamar.

Udah gitu, gue "batal" berangkat bareng sama temen gue, Rae.

Jadi awalnya kami memang mau berangkat bareng dari Pintu Air jam 10:00.

Tapi ternyata sister gue ini telat datengnya.

Dan ternyata ada hal teknis juga yang bikin gue harus pindah bis dan gak bisa nungguin Rae.

Intinya kami gak jadi pergi bareng, dan gue langsung merasa "lonely" pas sampai Kinasih.

Ada sih beberapa teman yang kenal, bahkan ketemu Kak Fany & Levy juga yang ternyata kami satu bis.

Ada juga beberapa teman-teman panitia yang gue kenal tapi gak mungkin gue seret mereka untuk ngobrol di saat mereka lagi ribet ๐Ÿ˜‚

Mau mingle-mingle sama orang-orang yang dikenal, tapi gak nyaman karena kondisi hati juga lagi gak karuan.

Bukannya seru, nanti malah awkward.

Akhirnya setelah registrasi, gue memutuskan untuk nunggu di sofa yang terletak di cottage Maesaan--cottage yang akan dihuni oleh tim cewek pelayan mimbar.

Duduk sendirian di sofa yang empuk dan angin sepoi-sepoi sambil ditemenin pemandangan hijau di sekitar gue malah bikin gue berlinang air mata lagi.

Gue jadi inget kalau tahun 2018 yang lalu gue sempat pergi sekeluarga bareng almarhumah nenek gue ke Cimahi untuk hadir di acara Halalbihalal keluarga besar gitu.

Dan ini pemandangannya persis sama banget meski tempatnya beda.

Sejuknya, segarnya, dan pemandangan hijaunya malah bikin gue bengong lagi.

Pas lagi kembali mellow, tiba-tiba ada notif Whatsapp masuk.

Dari Thesa.




Mengingat kembali ke satu hari sebelumnya, ternyata ada lagi berkat yang sempat tak gue sadari.

Berkat yang ternyata Tuhan sediakan buat gue karena Dia tahu gue butuh "itu".

Teman.

Ada Thesa yang setia banget nemenin gue ngobrol di Whatsapp sejak hari Kamis.

I finally realized that...deep in my heart, I need this friend.

Dan tanpa meminta, Tuhan kasih Thesa sebagai teman yang menghibur :"")

Seorang teman yang sama sekali tidak gue ekspektasikan sebelumnya--karena gue tau sister gue ini juga sibuk di pekerjaannya--yang ternyata sepanjang 2 hari itu menemani gue sampai kami bertemu langsung di Kinasih.

Gue memang tidak mau berekspektasi apapun soal relasi, karena gue pernah dikecewakan.

Dalam artian, gue pernah cukup bergantung dan berharap sama beberapa teman dekat gue ketika gue lagi mengalami pergumulan, tapi kenyataannya bertolak belakang dengan apa yang gue harapkan.

Tapiii...belajar dari kekecewaan tersebut, gue diajar Tuhan untuk depending more on Him, not on my own relationship with my (close) friends.

Dia semacam bilang kek gini, "Gak perlu lah kamu berekspektasi tinggi pada teman-teman dekat yang kamu harap akan menghibur kamu. Percaya pada-Ku, inilah orang yang akan menghibur kamu."

GOD is good all the time; and all the time GOD is good...

Ini bukan berarti temen-temen gue pada gak baik ya.

Mereka baik semua koook.

Ini masalahnya cuma di gue yang (lagi-lagi) suka punya ekspektasi ketinggian terhadap segala sesuatu.

Makanya memang gue juga suka rada susah kalo lagi naksir cowok.

Ekspektasinya ketinggian, hahaha ๐Ÿ˜†๐Ÿ˜…๐Ÿ˜…

Anyway, back to topic.

Iyah, jadi gue ditemenin terus sama Thesa sejak dari hari Kamis itu.

Ternyata memang sederhana namun sangat sweet cara Tuhan menghibur hati yang sedang sedih.

Sesederhana ketika Thesa tiba-tiba Whatsapp gue sejak hari Kamis dan nanyain pertanyaan yang bikin gue berkata dalam hati, "Thank you, Thes. It means a lot..."





I've seen God's heart through you, sis :")

Mungkin ini keliatannya sepele atau lebay banget ya sampe di-screencapture segala.

Tapi percayalah, ketika sedang berkabung, hati dan pikiran masih gak karuan, keberadaan teman meskipun hanya sejauh layar smartphone itu sangat berarti.

Dan ketika gue scrolling ulang percakapan kami waktu gue lagi duduk-duduk di sofa Maesaan, gue senyam-senyum sendiri setelah menyadari bahwa gue gak lonely kok.

Gak sadar aja kalo Tuhan udah "suruh" Thesa untuk nemenin gue selama 2 hari itu ๐Ÿ˜‚

Dan gak berapa lama kemudian, Rae yang baru tiba di Kinasih menghampiri gue yang lagi duduk di sofa.

Kami ngobrol-ngobrol seru, dan tak lama kemudian lagi beberapa penghuni cottage Maesaan alias tim cewek pelayan mimbar datang satu per satu.

I'm not alone :")

---

Sesi di hari pertama KTA membahas tentang kisah Nehemia 1-3.

Yang sangat ngejleb buat gue adalah ketika menyadari bahwa Nehemia berdosa bukan karena ia melakukan kejahatan, tapi karena dia tak melakukan kebaikan.

Lah ini kayak gue banget dong?

Self-talking kan ceritanya.

Ternyata dosa bukan cuma masalah kejahatan apa yang kita perbuat, tapi juga kebaikan apa yang tidak kita perbuat.

Dalam konteks ini, karena kita ngerasa eksis di "Puri Susan" kita sendiri.

Wah aslilah, ngejleb kali Firman di sesi pertama waktu itu.

Lalu ada juga singkatan KPK yang disampaikan oleh Pak Erick selaku pembicara.

Kepedulian. Pertobatan. Kesempatan.

3 hal yang menimbulkan pertanyaan refleksi buat diri gue: gue udah peduli belom ya? Udah tobat belum ya? Udah peka sama kesempatan yang Tuhan kasih belum ya? Udah bersandar penuh sama pimpinan Tuhan belum ya?

Lalu hal lain yang gue nikmati adalah kata-kata "eksis" yang selalu digaungkan Pak Erick.

Beliau bilang bahwa eksis itu memang berkat dari Tuhan, tapi kalau kita fokus dengan diri kita sendiri, fokus sama berkat-berkat yang kita dapetin, kita bisa enggak sadar bahwa ada tujuan Tuhan memberikan keeksisan tersebut buat kita.

Kita yang "eksis" ini sebenarnya punya tugas untuk peduli dan do something terhadap mereka yang "tidak eksis".

Sama kayak Nehemia yang punya pe-er untuk bangun kembali tembok Yerusalem pada masa itu.

Wagelaseh ๐Ÿ™Œ

Oke...ternyata gue gak salah milih dateng dari kloter pertama.

Ternyata Firman-Nya jleb jleb jleb!

Yang tadinya gue masih uring-uringan, mager ikutan games perkenalan (yang bukan gue banget untuk kenalan sama orang baru on the spot! ๐Ÿ˜–), tiba-tiba pas denger Firman langsung melek.

Thank You, my Lord!

Cuman tetep yah, ibarat jiwa belum kekumpul 100%, gue sempet kembali uring-uringan pas sesi pertama selesai dan sempat memutuskan untuk gak ikut persekutuan doa karena males ketemu orang baru disaat gue sebenarnya lagi butuh teman yang gue kenal aja.

---

Sesi dua di hari Jumat itu bertemakan: "Kami Siap Untuk Membangun!"

Bagian Firman yang gue nikmati kali ini adalah bahwa Nehemia ketika membangun kembali tembok Yerusalem itu gak sendirian.

Rame-rame sekampung!

Pak Erick menjelaskan bahwa di sini ada kebersamaan.

Ada ajakan, saling mendorong, dan saling menguatkan.

Hal-hal inilah yang bikin kerelaan hati untuk membangun jadi kokoh.

Makin kuat.

Dan Pak Erick juga menyinggung soal KTB.

Bukan cuma sekadar Kelompok Tumbuh Bersama, tapi Pak Erick mengingatkan kami bahwa di dalam bersekutu, kita harus selalu KTB:

  • Kami Tambah Baik
  • Kami Tambah Benar
  • Kami Tambah Berguna
๐Ÿ˜

Jujur gue cekikikan pas denger pemaparan ini.

Be like: kepikiran aja deh ni bapaknya ๐Ÿ‘

Tapi ya bener juga.

Kalo gak tambah baik, tambah benar, dan tambah berguna, apa faedahnya persekutuan tersebut?

I'm talking to myself too that wherever I go, whatever fellowship I join, I have to be blessing for others--untuk anggota persekutuan maupun orang-orang di luar persekutuan.

Anyone, anybody.

Bukannya menjadikan si persekutuan itu zona nyaman--meskipun memang di beberapa kesempatan bersekutu dengan kawan seiman dan sevisi itu sangatlah nyaman dan menyenangkan sih ๐Ÿ˜

---

Nah, tadi masih ingat kan kalau gue memutuskan untuk tidak ikut persekutuan doa gara-gara males dan belum siap ketemu + kenalan dengan orang-orang baru?

Kenyataannya runtuh, pemirsa ๐Ÿ˜‚

Pas sesi 2 selesai, tiba-tiba ada seseorang yang nyolek pundak gue.

Nengok ke belakang...ternyata ada Kak Tiwi!!

Wah gila sih disitu gue kayak tiba-tiba dicas gitu moodnya.

Gue yang: "Aaaa Kak Tiwiiii...!!", sambil salaman manja.

Kak Tiwi yang melempar senyum ramah sambil berkata, "Turut berdukacita ya, Mei."

Dan di saat itu gue pengen nangis lagi tapi gue tahan.

Serius...ketemu orang yang gue kenal, apalagi di detik itu ketemu kakak senior sepelayanan mimbar, rasanya legaaaaa banget.

Akhirnya gue ikut tuh persekutuan doa.

Gak jadi kabur bobok di kamar ๐Ÿ˜†

Kekhawatiran yang sempat muncul di awal gara-gara males ketemu orang baru tiba-tiba menguap gitu aja.

Gue kenalan sama suaminya Kak Tiwi (Bang Eric), kenalan sama ada salah satu kakak panitia yang maaf kulupa namanya, juga kenalan sama Bang Okto--abang senior yang selalu setia ikut KTA dari awal ๐Ÿ˜Š

Juga ada Ribka dan Geres teman sekampus UI dulu.

Disitu kami sharing Firman yang dinikmati, juga kondisi pribadi yang mau didoakan atau yang related dengan aplikasi Firman.

Kak Tiwi memimpin persekutuan doa, dan gue pun lupa bahwa gue saat itu lagi sedih.

Gue malah asik dan fokus ngedoain Ribka (jadi konsepnya ngedoain teman yang ada di sebelah kanan gitu).

Emang ya, luar biasa Tuhan tuh kalau memberikan penghiburan.

Total! ๐Ÿ’“

Thank You, my Lord, I have nothing to fear. As long as I have You here beside me.

Dan hari Jumat itu ditutup dengan gue yang ngerekam suara-suara efek keyboard buat filler besoknya, serta sesi curcol bersama Thesa di cottage Maesaan sampai jam 3 pagi.

Inilah kelemahan gue.

Kalo udah ngobrol dan curcol, gak kenal waktu.

Maapin dah yak ๐Ÿ˜‚

Padahal sebentar lagi udah harus kumpul jam 7 pagi buat sarapan dan latihan untuk ibadah padang sesi Kak Fany.

-----

Sabtu, 22 Juni 2019


Photo by Anders Jildรฉn on Unsplash

Pagi itu, dengan mata yang masih kriyep-kriyep, gue bangun dan mempersiapkan segala sesuatunya.

Tentunya gak lupa mengawali hari dengan thank You, my Lord, buat waktu istirahat, buat hari yang baru, buat nafas kehidupan, dan buat hati yang sukacita dan siap melayani.

๐Ÿ‘† adalah salah satu doa yang terjawab; karena di hari sebelumnya yang gue uring-uringan itu gue cuma minta hal-hal ini ke Tuhan: kiranya pas pelayanan aku boleh bersukacita, fokus, dan gak bengong.

---

Setelah perut terisi dengan nasi uduk yang super enak dan secangkir teh manis hangat, gue dan teman-teman pelayan mimbar menempati posisi masing-masing untuk check sound.

Di MC ada Kak Fany, di singer ada Levy, Kak Friska, dan Bang Reymon (ada Kak Agnes juga sebenarnya tapi dia mendadak berhalangan hadir di sesi pagi karena ada urusan di pekerjaan), gue dan Thesa keyboardist, Dennis gitaris, Bang Ivan cajonis, dan Andhika bassist.

Satu hal yang bikin sukacita saat itu adalah untuk pertama kalinya gue bermain musik di alam bebas.

Selama ini memang kalau ada pelayanan gue selalu berada di ruangan; entah gereja, gedung, atau semacamnya.

Dan di kesempatan kali itu gue bersyukur banget bisa menikmati udara yang suegeeerrr buanget, ngeliat hamparan rumput hijau, pohon rindang, dan sinar matahari yang masuk di sela-sela ranting pohon.

Sayangnya, rasa kantuk yang tiba-tiba mendera bikin gue gak terlalu fokus mendengar materi yang disampaikan dr. Yusak ๐Ÿ˜ญ

Tapi yang sedikit gue tangkap dan pahami adalah mengenai bagaimana peran orang tua sebagai role model itu ternyata sangat berpengaruh pada perilaku anak.

Singkatnya, anak itu akan bisa meng-copas perbuatan-perbuatan yang dilakukan orang tuanya.

Kalo gue refleksikan ke diri sendiri sih ya bener juga.

Ada beberapa hal yang gue sadari ternyata gue seperti ini dan seperti itu tuh karena hasil copas-an dari apa yang dilakukan orang tua gue.

Baiklah~ another parenting lesson yang akan gue bawa ke masa depan ๐Ÿ˜Ž

---

Meski gak terlalu mudeng sepenuhnya dengan sesi ibadah padang pagi itu, tapi gue sangat menikmati puji-pujiannya.

Salah satunya adalah lagu Jadikan Aku Saluran Berkat.

Bukan cuma alunan melodinya yang enak didengar, tapi liriknya pun ngena banget.

Sejujurnya ini adalah salah satu lagu yang paling gue nikmati sejak awal latihan.

Liriknya seperti ini--gue lebih menikmati yang versi bahasa Inggris meskipun pas ibadah yang dinyanyiin bahasa Indonesia, hehe:

Out in the highways and byways of life,
Many are weary and sad;
Carry the sunshine where darkness is rife,
Making the sorrowing glad.
Make me a blessing, make me a blessing,
Out of my life may Jesus shine;
Make me a blessing, O Savior, I pray,
Make me a blessing to someone today

Tell the sweet story of Christ and His love
Tell of His pow'r to forgive
Others will trust Him if only you prove
True, ev'ry moment you live
Make me a blessing, make me a blessing,
Out of my life may Jesus shine;
Make me a blessing, O Savior, I pray,
Make me a blessing to someone today

Give as 'twas given to you in your need,
Love as the master loved you
Be to the helpless a helper indeed,
Unto your mission be true
Make me a blessing, make me a blessing,
Out of my life may Jesus shine;
Make me a blessing, O Savior, I pray,
Make me a blessing to someone today
(Buku Lagu Perkantas no.184: Make Me A Blessing / Jadikan Aku Saluran Berkat)

Oh iya, ngomong-ngomong soal lagu, di ibadah padang ini juga menampilkan performance dari dedek-dedek sekolah minggu.

Mereka nyanyi lagu "Terima Kasih Untuk Cinta".

Pertama kali Kak Fany share lagu ini di grup untuk kami pelajari, gue langsung jatuh cinta sama liriknya.

Kayak gini nih--so sweet banget asli:

Saat tangan kecilku mulai terbuka, dan mata ini memandang dunia
Kurasakan belaian kasih tiada batasnya, diiringi tawa penuh cinta

Saat kakiku mulai melangkah, ku lihat harapan di wajahmu
Harapan yang terbaik untuk diriku, doamu dinaikkan dan setiap saat namaku disebut

Terima kasih untuk cinta
Terima kasih 'tuk k'luarga yang indah
Kutemukan kasih Tuhan dalam papa mama

Setiap hari ku bersyukur pada Tuhan 'tuk k'luarga yang indah
Papa mama, engkau yang terbaik...

Pertama kali gue belajar lagu ini, gue nyaris nangis saking terharunya dan merinding (sampai sekarang kalo nyanyiin lagu ini juga bawaannya haru banget).

Terus gue tetiba kepikiran gitu: kalo gue nikah nanti, gue pengen banget nyanyiin lagu ini sambil main piano buat orang tua gue.

Hahaha.

Yhaa, yang namanya mengkhayal kan tiada batas ya ๐Ÿ˜†

Mengkhayal-lah sebelum mengkhayal itu dilarang ๐Ÿ˜œ

Thanks to Kak Fany yang sudah memperkenalkan lagu iniii~

Love! 




---

Di sepanjang hari Sabtu itu, gue benar-benar gak merasa gloomy lagi.

Tetap masih teringat kepergian sang nenek terkasih, tapi melalui berbagai hal Tuhan kuatkan hati dan beri gue pengharapan.

Ketika melakukan aktivitas-aktivitas KTA lainnya gue pun sudah merasa lebih lega dan sukacita aja.

Momen kapsel single, latihan rolling alur ibadah sesi 4 bareng Kak Tiwi yang jadi MC, momen nongkrong sore-sore di ruang makan bareng Bang Reymon, Andhika, Bang Ivan dan Rae--yang gue gak ngerti apa faedahnya ya gue di situ selain dari menikmati secangkir teh hangat dan gorengan ๐Ÿ˜‚, ibadah sesi 4 yang dipimpin Pak Mangapul Sagala, hingga sesi malam keakraban puji Tuhan gue bisa menikmati semuanya meski di beberapa kesempatan ngantuuuukk banget ๐Ÿ˜‚

Berkat yang sangat gue rasakan di hari itu adalah: kebersamaan.

Bahwa Tuhan hadirkan orang-orang di sekitar gue untuk banyak hal baik.

Bisa dibilang, pengalaman ikut KTA pertama kali ini enggak "fail" lah.

Tuhan benar-benar baik menyatakan banyak hal lewat KTA XIV ini ๐Ÿ™Œ

Dan di akhir ibadah sesi 4, Tim II pelayan mimbar gak mau ketinggalan foto-foto bareng biar seru.

Seneng deh, salah satu hal yang bikin sukacita ketika dipercayakan pelayanan di Perkantas adalah gue bisa kenal teman-teman baru, juga makin kenal dengan teman-teman yang sudah dikenal sebelumnya.

Such a nice and sweet friendship, really ๐Ÿ’—๐Ÿ’—๐Ÿ’—

Thank You, my Lord!





-----

Minggu, 23 Juni 2019

"Jangan tunggu punya posisi/kekayaan untuk melakukan sesuatu."

...adalah highlight Firman yang nempel abis di pikiran gue di sesi pengutusan KTA XIV.

Gue diingatkan kembali bahwa do something buat orang-orang yang "tidak eksis" itu butuh Kepedulian terhadap sesama, Pertobatan diri di hadapan Tuhan, dan peka akan Kesempatan yang Tuhan bukakan (KPK).

So, di hari terakhir KTA XIV yang penuh sukacita dan berkat itu, gue punya beberapa PR yang harus dilakukan sepulang dari Wisma Kinasih.

Gue belum mau menyebarkan ke publik apa-apa aja yang jadi "PR" gue sebagai aplikasi dari KTA XIV, karena biarlah hanya gue dan Tuhan yang tahu ๐Ÿ˜‰

Kembali lagi pada judul blog ini, bahwa ternyata begitu banyaknya berkat yang Tuhan beri ketika diri ini sedang dilanda peristiwa yang cenderung merenggut sukacita.

Gue kembali belajar bahwa ketika berserah diri pada pimpinan Tuhan, segala kekhawatiran dan ketakutan akan lenyap.

Asal kitanya aja yang mau atau enggak dipimpin oleh-Nya ๐Ÿ™Œ

Juga sangat bersyukur bahwa Tuhan banyak bicara melalui lagu puji-pujian.

Ini udah yang ke-sekian kalinya gue merasakan hadirat-Nya di musik dan lagu.

Dan di sinilah gue bersyukur diberi talenta di bidang tersebut.

Semoga talenta ini bisa terus jadi saluran berkat yah.

Lalu...gue pun harus menerima kenyataan bahwa...SENIN HARUS KERJA, GAES! ๐Ÿ˜‚

SEMANGAT!!! ๐Ÿ’ช๐Ÿ˜†

---

Thank you for reading, guys!

Maafkan untuk alur cerita yang cukup random dan kurang terstruktur, hahaha.

Tapi sebetulnya memang banyak lagi hal yang gue nikmati namun tak tertulis atau tak terkatakan di sini.

Bisa-bisa jadi 1 novel deh kalo semuanya diceritain mah ๐Ÿ˜‚

Semoga jadi berkat, dan semoga jadi pengingat kembali bahwa:

Allah itu baik, sungguh baik bagiku
Ditunjukkan-Nya kasih setia-Nya
Dia menyediakan yang kuperlukan
Menyatakan kebaikan, menyatakan kebaikan
Menyatakan kebaikan-Nya padaku

Padaku, padamu, dan pada kalian semua ๐Ÿ’—

To GOD be the glory! ๐Ÿ™Œ

Comments

Popular posts from this blog

์ด ๋…ธ๋ž˜๊ฐ€ ๋‚˜์˜ ์ง€๊ธˆ ์ข‹์•„ํ•˜๋Š” ๊ฒƒ์„์ด๋‹ค ๐ŸŽต๐Ÿฉท

Gapapa, Meistaaa, gapapaaa

Pelajaran Menikmati Rutinitas yang Mulai Dikeluhkan

Bersedia Dikasihi, Bukan Mengasihani Diri

๋‹ค ๊ดœ์ฐฎ์•„, ๋‚˜์•ผ

Hanya Bisa Tersenyum Miris

LONG WEEKEND-HOLIDAY: Sederhana Itu Bahagia