3 Hal Menarik Ikut Ibadah PAKJ Januari - "Menjaring Angin"

Photo by Seb Mooze on Unsplash


Manusia tuh ternyata memang makhluk yang perlu diingetin terus ya...

---

Hari Jumat kemarin (15 Januari 2021) Persekutuan Alumni Kristen Jakarta (PAKJ) kembali diselenggarakan. Ini adalah ibadah perdana di tahun 2021. Tema yang diusung adalah "Menjaring Angin", dengan eksposisi dari kitab Pengkhotbah 1-2 yang dibawakan oleh Bu Inawaty Teddy.

Aku salah satu jemaat-tizen yang enggak bisa ikut bersekutu di hari-H karena lagi kebagian jadwal work from office (WFO), dan baru balik kantor itu jam 7 malam (ibadah dimulai tepat jam 7 juga). Karena enggak bakal fokus ibadah onlen sambil ngejer-ngejer Transjakarta yakhaaan, akhirnya aku memilih untuk mengikuti ibadahnya dalam siaran tunda nanti. Dan bersyukur, puji Tuhan hari inilah kesempatan baiknya. Hari Minggu, hari Sabat, hari istirahat, dan hari no-mikir-mikir-day. Hari di mana aku bisa memilih untuk mengisi jiwa yang haus dan lagi acakadut karena kesibukan harian Senin-Sabtu, dengan siraman Firman Tuhan yang selalu bikin segar.

Ada beberapa hal menarik yang aku alami secara pribadi pasca ibadah online dengan mengikuti siaran tunda PAKJ hari ini.

---

Belajar "Kesia-siaan" dari Kitab Pengkhotbah

Aku pernah membaca bagian Firman ini di beberapa kesempatan. Dan jujur, karena aku gak paham secara mendalam, aku sempat menilai bahwa kitab ini penuh dengan pesimistis. Seakan-akan mau berkata bahwa "ya ngapain hidup, toh entar juga mati". Something like that.

Namun bersyukur banget sama Tuhan hari ini aku bisa belajar apa makna sebenarnya yang mau disampaikan raja Salomo--selaku penulis--dalam kitab tersebut. Pemaparan dari Bu Inawaty menolongku untuk paham bahwa sebenarnya kitab Pengkhotbah mau mengajak pembacanya--kita--untuk hidup dalam takut akan Tuhan setiap hari. Untuk aku yang punya karakteristik cenderung terstruktur dalam hidup, seorang planner yang saklek dalam menentukan rencana hidup 5-10 tahun ke depan, ambisius, somehow over-achiever, Firman yang kudengar hari ini sangat nampol. Ketika aku masih punya pandangan ekstrimis (yang kayak tadi aku bilang di paragraf awal: "ya ngapain hidup, toh entar juga mati"), which is keliru, aku sempat rada pesimis juga dalam menjalani hidup. Jadi kurang semangat, karena ngerasa segala sesuatu adalah kesia-siaan. Ya bener, memang segala sesuatu akan menjadi kesia-siaan. Tapi ketika kita mulai belajar untuk hidup dalam takut akan Tuhan, yang jadi bagian kita (sepatutnya) akan kita kerjain sebaik-baiknya, semaksimal mungkin. Kalo bahasaku dalam menasehati diri sendiri: just do everything with the best effort I can, with all surrender to Him. Sebuah proses seumur hidup yang enggak akan pernah ada habisnya; a long-life process.

Jadi aku menantang diriku sendiri dengan menanyakan pertanyaan ini: hidup ini fana, hidup ini penuh kesia-siaan karena sudah jatuh ke dalam dosa. Maukah kita hidup dalam takut akan Tuhan dan mengerjakan bagian kita sebaik mungkin sambil menyerahkan hasilnya ke tangan Tuhan?

Berdialog dengan diri sendiri; sebuah hobi baru di kala pandemi yang ternyata penuh arti. Wkwkwkwk πŸ˜†

Dan ayat Firman favoritku di sepanjang eksposisi PAKJ hari ini adalah:

"Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat." (Pengkhotbah 12:13-14)

---

Pandemi COVID-19: Mengerikan, tapi Memberi Banyak Pelajaran

Salah satu hal yang bisa aku syukuri di masa-masa pandemi ini--meski tetap mengerikan yaa si virus ituh!--adalah aku diajar untuk mulai bertanggung jawab sama pertumbuhan rohani diri sendiri. Ketika situasi masih normal sebelum pandemi, jujur aja excuse untuk hadir di ibadah alumni itu banyaaak banget.

"Gak sempet nih. Masih ngantor."

"Aduh gue lembur tudeeiii..."

"Kayaknya aku bakal telat, kalian duluan aja gengss~"

"Kekunci di toilet umum nihhh 😭"

...daaan masih banyak lagi (btw 3 cuplikan teratas adalah fakta dari yang pernah aku alami, dan yang ke-4 hanya karangan belaka ✌πŸ˜‚). Tapi coba di situasi serba daring kayak gini, semua siaran ibadah tuh serba terekam jejak digitalnya. Tinggal kitanya aja yang punya pilihan: mau mendorong diri untuk tetap bersedia dibina di persekutuan dan bertumbuh sama-sama, atau masih "entar aja deh, entar aja deh", "mager, guys...".

Gitu.

---

Manusia Itu Memang Makhluk yang Perlu Diingatkan Terus, Yaa

Dari ikut ibadah onlen siaran tunda PAKJ hari ini, aku menyadari bahwa bener ya ternyata manusia itu memang makhluk yang perlu diingatkan terus. Seperti yang kusebutkan di atas bahwa aku udah pernah mendengar dan membaca bagian Firman dari kitab Pengkhotbah itu, tapi hari ini aku kembali disegarkan layaknya dapet makanan baru. Aku percaya banget Roh Kudus yang melembutkan hati dan pikiranku sehingga aku bisa nikmatin Firman PAKJ meskipun dalam siaran tunda. Ada hal baru lagi yang jadi pelajaran pribadi dalam hidup. Ada hal baru lagi yang dibukakan sehingga menyegarkan jiwa.

Dan aku juga makin paham sekarang bahwa konsistensi dalam membaca Firman itu penting buat pertumbuhan rohani pribadi. Bukan supaya nambah pengetahuan dan jadi sombong rohani. Bukan juga untuk menghakimi orang lain dengan Firman yang udah kita ketahui (I'm so sorry, aku tumbuh kembang cukup lama di lingkungan yang serba judgemental jadi sempat insekyur kalau belajar Firman Tuhan malah jadi menghakimi/dihakimi orang lain). Tapi ternyata Firman Tuhan adalah guideline book dari kehidupan itu sendiri. Sooo...I'll take that never-ending-learning, never-ending-process, keep humble and teachable, belajar taat dan setia melakukan Firman-Nya, sambil tetap mengakui kepada-Nya bahwa aku cuma manusia berdosa yang butuh diselamatkan.

---

Photo by Tra Nguyen on Unsplash


Sebenarnya setiap ikut ibadah atau pembinaan memang seperti ini kebiasaanku. Nulis. Hahaha. Yea, I love writing...typing, technically. Nge-blog itu selain menjadi suatu sarana pencurahan isi hati, pikiran, dan pengalaman hidup, konten-konten yang aku tulis pun jadi semacam self-reminder untuk diriku di kemudian hari. Jadi kadang kalo dapet pertanyaan evaluasi macem: "Apa yang kamu nikmati dari ibadah/pembinaan hari ini?", aku lebih suka langsung ngasih aja link tulisan di blog, instead of nulis 1-2 kalimat yang pastinya ujung-ujungnya ya panjang-panjang uga πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Hey, terima kasih untuk kalian yang sudah membaca sampai siniiii. Semoga terberkatiii, dan kalau mau ikuti ibadahnya secara full bisa langsung ke sini aja yaaa 😊

Have a great week ahead!
God leads us all πŸŒΈ

---

Eeeh wait wait wait!

Pas lagi nulis ini, mungkin karena tentang persekutuan ye, aku jadi inget sebuah lagu yang bikin kangen persekutuan--mungkin kalian juga merindukan hal yang sama 😁:

"BERTUMBUH DALAM KASIH" (do = sesuaikan suara masing-masing ✌😁)

🎡 Sebagai saudara seiman di dalam tubuh Kristus
Menyerahkan s'luruh hidupnya, berbagi kasih bersama

Kadang tawa, terkadang tangis
Suka duka bersama
Yang kuat menanggung yang lemah
Dalam anug'rah-Nya

Kita bertumbuh, bertumbuh di dalam kasih
Sehati, sepikir, setujuan, melangkah bersama
Tuaian besar t'lah menanti di hadapan kita
Siapkanlah dirimu songsong hari esok
Dan Tuhan dimuliakan melalui g'reja-Nya

Comments

Popular posts from this blog

Enggak Mau Main Piano Lagi Selamanya

MUSIM(an) -- Sebuah perspektif dari cewek yang doyan makan

Cara Jatuh Cinta Sama Indonesia

MAKANAN JIWA: Kasih yang (Tidak) Terbatas

Apakah Relasi dengan Sesama Bisa Menjadi Berhala?

7 Tipe Penumpang Gerbong Pertama dan Terakhir

Suasana Hati Seperti Langit: Mendung

"Rejection" vs "Reflection" - Belajar Dari Lagu MULAN