Si Kelinci Lincah yang Disuruh Istirahat

Hai, Friendtizen!

H+1 packing barang-barang dari kantor hari Kamis kemaren (22/4) sesungguhnya gue sudah membuat segudang to-do list hal-hal berfaedah nan menyenangkan yang akan gue lakukan pasca resign. Well, sebetulnya gue belum resmi resign. Jatohnya gue ngabisin jatah cuti, dan per 1 Mei 2021 barulah gue resmi tidak bekerja lagi di tempat kerja yang sekarang. Nah, selama masa-masa cuti ini, jujur udah banyak banget agenda-agenda seru yang gue rancang sendiri demi membahagiakan diri gue atau demi berkontribusi menolong orang lain. Mulai dari ngerjain pelayanan, nulis blog, bikin konten IG, nulis buat WarungSaTeKaMu, main piano + nge-cover-cover lagu lagi, jalan-jalan random entah kemana, dan lain-lain. Seperti biasa, memang gue anaknya gak bisa diem macem kelinci yang jumpalitan kesana-kemari.

...and the reality told me different πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Hari Jumat (23/4) itu gue berencana untuk balikin keyboard Perkantas di sekret mereka daerah Juanda, kemudian dilanjut dengan main ke sebuah kafe gelato di daerah Menteng untuk nyobain varian rasa lain dan juga es kopinya. Namun rencana hanyalah menjadi rencana tatkala pagi itu tiba-tiba kaki kanan gue sakit banget. Tepatnya sakit di bagian persendian jari yang biasa kita pake buat jinjit. Jalan aja sampe pincang karena si kaki kanan ini gak bisa nopang tubuh gue dengan baik. Awalnya masih bisa jalan sendiri meski pincang. Makin sore, makin berasa nyut-nyutannya. Mensyukuri bahwa gue tinggal bersama keluarga (papa, mama, adek), jadi sepanjang hari itu gue di dalem rumah dipegangin sama salah satu dari mereka kalo mau ke mana-mana.

Termasuk ke kamar mandi--yha kalo ini udah pasti gue minta tolong adek gue lah ya, gak mungkin sama bapak gue πŸ˜‘

Gara-gara kondisi kaki yang gak bisa dikompromi, akhirnya seluruh aktivitas berpergian hari itu batal seketika. Gue sempet nangis di rumah antara karena ini kaki sakit banget dan juga gara-gara rencana yang langsung berubah semuanya. Belum lagi kepikiran bahwa di hari Sabtunya gue ada pelayanan pagi jadi MC dan mentor di salah satu pembinaan (dengan metode virtual). Haduh, ini gimana... Rasa insecure dan cemas mulai membanjiri hati dan pikiran. Ini aja ke kamar mandi cuma buat buang air kecil butuh 15 menit effortnya, gimana mau persiapan hal-hal lain...

Insecure, insecure, dan insecure.

Panik.

Terus cuma bisa nangis.

Singkat cerita, karena hidup ini masih terus berjalan yekan, gue coba cari dan gali informasi baik dari temen-temen di Instagram dan dari sodaranya bokap yang kebetulan adalah dokter; sambil ini kaki masih terus diolesin salep/krim panas gitu terus dibebat seadanya pake kain ala-ala mama.

Gue mencoba untuk melihat sisi positif dari kesakitan kaki ini, gue mencoba untuk bersyukur dengan keadaan, tapi gak bisa. Gak bohong gue sulit banget untuk bersyukur di kala jalan aja susah. Yang ada gue nangis mulu karena ketakutan dan insecure. Belum lagi ketika nyokap udah nawarin pengobatan dengan cara diurut oleh seseorang yang tinggal di komplek yang sama dengan kami dan gue langsung dengan tegas menjawab, "NO!!! Selain diurut please, Ma...", kata gue sambil meringis nangis.

Manja emang si Meista ini anaknya πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Hari Jumat itu akhirnya dihabiskan dengan tiduran, ngoles-ngoles kaki, makan, ngerjain sedikit pekerjaan kantor (iya iya, ini cuti yang WFH, iya), ngobrol-ngobrol sama temen-temen di Instagram karena lagi gue tanya-tanyain soal pengobatan kaki yang keseleo, dan hari itu ditutup dengan persiapan teknis untuk jadi MC dan mentor di hari Sabtu paginya. Gue mendorong diri gue untuk sebisa mungkin fokus sama apa yang udah dipersiapkan sebelumnya meskipun kejadian "ada-ada aja" ini cukup mendistraksi pikiran.

---

(Sabtu, 24/4)

JUJUR! Sesungguhnya gue gak bisa tidur dengan nyenyak karena kaki yang nyut-nyutan ngilu sepanjang malam. Apa ya istilahnya...tidur ayam gitu deh. Yang nyenyak, terus kebangun, nyenyak, kebangun lagi. Sempet nyenyak sampe jam 1 pagi terus kebangun karena mau ke toilet. Akhirnya gue bangunin si adek untuk nuntun gue buat buang air kecil dengan penuh usaha keras.

Oh iya...wait...tambahan kondisi parahnya adalah: gue lagi datang bulan. Ni buat cewek-cewek pasti ngerti lah ya rempongnya masa-masa bulanan ini kayak apa. Ditambah lagi dengan kondisi kaki kanan yang lagi gak stabil, wah...bagi gue buang air kecil dan ganti pembalut itu jadi kayak rasa penyiksaan jam-jam-an, gaes. Gak bohong. (Yang cowok-cowok diem aja, gausah pura-pura ngerti πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚)

Setelah dari toilet, itu asli gue gak bisa tidur sama sekali. Ya Tuhaaan ini gimanaaaaa 😭😭😭😭😭. Akhirnya gue melek sampe kurang lebih jam 4 pagi--dengan gak ngapa-ngapain, cuma meratapi kaki aja--terus kerasa ngantuk, dan baru bangun pagi lagi sekitar jam 6.30.

Bangun-bangun boro-boro seger, yang ada sakit kepala. Gue udah gak ngerti lagi dah tuh mesti gimana emosinya. Mau tidur lagi udah gak mungkin, secara gue udah harus siap-siap pelayanan jam 9.30. Balik lagi, karena hidup ini masih terus berjalan yekan, jadi yaudah gue dorong dan paksa diri gue untuk bangun (dalam kondisi masih sakit kepala dan kaki), ke toilet untuk buang air kecil, cuci muka, gosok gigi, tanpa mandi, sarapan pagi, ganti baju, atur posisi nyaman depan laptop, and the day started.

Sepanjang pelayanan mentoring kemaren dari awal pas nge-MC (baca: ngemsi)--eh gila loh ini pencapaian sesuatu banget buat gue pertama kalinya jadi MC mimpin ibadah padahal biasanya jadi khang pegang kibrod! πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚--sampai akhir selesai mentoring rasanya cukup struggling juga menghadapi sakit kaki dan kepala ini.

Tapi...

Gue belajar dari beberapa pengalaman-pengalaman gue sebelumnya, bahwa kadangkala kesakitan atau kesulitan yang gue alami di tengah pelayanan/pekerjaan/aktivitas/kegiatan (dalam bentuk apapun ya) itu membuat gue jadi makin mudah berserah pada Yang Maha Kuasa instead of pada kekuatan gue sendiri.

Pasrah dan berserahnya gue rasa lebih sempurna ketimbang ketika keadaan gue sedang baik-baik saja dan cenderung merasa 'ini pelayanan punya gue'.

Singkat cerita, setelah pelayanan hari Sabtu itu gue memutuskan untuk tidur, dan gak mikirin atau bersentuhan dengan hape. Bablas sampe jam 8.30 malem, baru gue buka hape dikit-dikit buat main Instagram dan bales chat beberapa temen di sana. Gue gak terlalu banyak buka Whatsapp (WA) karena WA gue pwenuuuuuhhhh banget sama tumpukan chat-chat grup (minta maaf buat kalian anggota grup khususnya, siapapun, yang enggak gue respon bahkan hingga detik ini. Seriously, I need some rest).

WA gak dibales tapi kok masih aktif main IG bahkan bisa nulis blog gini?

Monmaap sodara-sodara, kalo nulis di IGStory sama blog gini kan sifatnya monolog. You read what I wrote.
Whatsapp, in other way, is two ways or even multi ways of communication. Please give me some time to read a dozen chat you gave to me after I taking a break for these two days.

I'm not wonder woman. Keep that in mind. Thank you.

---

Oke balik lagi ke blog ini, jadiiiii.....akhirnya gue menemukan sisi positif dari si kaki yang lagi kesakitan ini: I need some rest. Gak usahlah dulu menclok sana menclok sini jumpalitan kesana kemari. Gak usahlah dulu surfing-surfing Instagram dengan berbagai kontennya yang menarik yet at the same time give me some anxious and FOMO's feelings (ini memang tendensi gue kalo gak kemana-mana ya pasti berselancar di Instagram).

So now, I'll spend my me-time, my own rest-time, by watching movies, blogging (on this site and Instagram story as usual), eating, chit-chating with mommy-daddy-sissy, and the most interesting activity of all time: SLEEP.

Oh iya! Soal kaki, untuk saat ini puji Tuhan sedikit membaik karena obat dokter. Masih ada rasa nyeri dan ngilunya sedikit, namun setidaknya untuk ke kamar mandi gue bisa jalan sendiri meski masih rada pincang. Terus gue juga tetep latih pergerakan kaki biar gak kaku, karena ternyata makin didiemin malah makin pegel gitu kan. Jadi mesti sering-sering dilatih untuk digerak-gerakin juga. Nanti kita lihat lagi bagaimana progres ke depannya yaaa.

I thank you for praying for me! πŸ’›

---

Terima kasih sudah baca sampai sini! 🌸
Know yourself, know when you have to take some rest.

Selamat hari istirahat, Friendtizen! 🐰


*****


Hey, you can read another me-time stories here: πŸ˜„








Comments

Popular posts from this blog

Enggak Mau Main Piano Lagi Selamanya

MUSIM(an) -- Sebuah perspektif dari cewek yang doyan makan

Cara Jatuh Cinta Sama Indonesia

MAKANAN JIWA: Kasih yang (Tidak) Terbatas

Apakah Relasi dengan Sesama Bisa Menjadi Berhala?

7 Tipe Penumpang Gerbong Pertama dan Terakhir

Suasana Hati Seperti Langit: Mendung

"Rejection" vs "Reflection" - Belajar Dari Lagu MULAN