Untuk Kamu yang Follow Instagram Aku: Jadi Gini...

Halo, teman-teman!

Oke jadi gini...

Tetiba aku terpikir untuk nulisin hal ini sebagai bentuk pertolonganku terhadap ekspektasi kalian yang follow akun Instagramku: @atnisirc (meski ya belum tentu juga kalian punya ekspektasi apa-apa sebenarnya yekan, ihik 😜).

Sederhananya, apa yang kuposting di Instagram tuh kebanyakan lebih ke random aja. Slice of life. Untuk di InstaStory, misalnya, kadang posting konten receh karena bagiku itu lucu dan bikin ketawa. Terus posting sedikit tentang kehidupanku sehari-hari. Bukan, tapi bukan dalam bentuk vlog gitu, bukan. Jujur aku bukan tipikal orang yang rajin dan doyan nge-vlog. Karena bagiku tiap detik keseharianku terlalu berharga untuk dilewatkan jika terlalu fokus ngerekam video. Gampang capek juga aku anaknya kalo terlalu fokus rekaman, dan akhirnya malah jadi gak nikmatin momen kehidupan. Plus, emang males ngeditnya jugaaa 😝 Jadi ya udah pasti gak akan ada vlog lah intinya. Kalo ada pun berarti itu lagi momen khusus aja.

Lalu, karena aku suka banget nulis alias curcol, konten IGStory pun sering jadi media tulisanku. Nulis tentang apa? Macem-macem. Kalo versi rohaninya ya biasanya berbagi kesaksian hidup perjalanan iman bersama Tuhan, kalo versi rohananya ya kadang komentarin sesuatu hal yang lagi happening, nulis-nulis random pake bahasa Korea (iya aku suka banget mendalami bahasa Korea gak ngerti lagi 😍), berbagi pelajaran hidup sehari-hari, kepikiran random nulis tentang hal-hal receh yang aku temui di hari itu, hingga ngejulitin netijen yang julit (ini contohnya aku pernah bikin Story Series tentang pengalamanku nonton konser Kahitna dengan sistem drive-thru. Waktu itu kebetulan lagi baca komen netijen yang meremehkan sistem konser kek gini. Gak masuk akal deh komentar-komentarnya. Mungkin karena mereka gak cari tahu dulu apa gimana kali yaa, jadinya cuma bisa ngatain. Panas karena konser musisi favoritku dikatain, aku tulis lah pengalamanku waktu itu). Oh ya, kadang suka ngegalau juga--cuma kalo ngegalau aku sudah putuskan untuk hanya membagikannya pada teman-teman tertentu dalam kelompok 'Close Friends'. Jadi yhaaa...itu antara keberuntungan atau kesialan mereka sih aku pilih jadi Close Friends πŸ˜›.

Terus kalo di Instagram Feed, karena aku masih dalam rangka latihan ngegambar desain grafis, biasanya aku suka posting konten dengan konsep puzzle template. Kadang bikin kutipan-kutipan juga dari buku, lagu, atau film. Macem-macem. Random aja tergantung lagi pengen posting apa. Suka juga posting main piano nge-cover lagu apaaa gitu (dulu seseringnya Kahitna sih, hahaha). Sekarang lagi agak mager rekaman aja karena lagi ada project nulis.

Intinya adalah: welcome to my (receh) life! ✌😎

Kalian akan menemukan betapa warna-warninya hidupku yang terlihat di Instagram. Tapi satu hal yang mau aku tekankan di sini: apa yang kuposting di Instagram tidak mencerminkan 100% kehidupanku seutuhnya. Inget, Instagram hanyalah aplikasi berbasis media sosial alias tempat pamer (aku rasa kita sepatutnya sepakat bahwa Instagram memang tempat untuk pamer, dengan motivasi dan bentuk apapun, right?). Meski aku bilang bahwa aku selalu jujur ketika posting konten, namun bukan berarti hidupku di dunia nyata tidak ada penderitaannya. Aku mah sama aja gaes kayak klean, manusia biasa juga. Yang kalo ngantuk tidur, kalo laper makan, kalo kentut bau, kalo sedih nangis, kalo patah hati galau. Gitu-gitu. Terus ada kalanya aku juga akan menjauh dari aplikasi ini ketika aku sedang berada di fase atau kondisi yang gak baik. Kadang cuma log out, kadang sampe uninstall.

So I hope you guys won't put any expectations towards me. Jangan anggep diriku, "Woaaah Meista rohani sekali. Panutan." NO! Justru konten-konten berbau rohani yang kubagikan adalah bentuk kesaksian pribadi dan ungkapan syukur karena Tuhan yang udah baik banget sama aku. Pelayanan media yang kulakukan ini berangkat dari penderitaan lho sebenarnya, berangkat dari banyaknya kegagalan-kegagalan hidup yang kualami yet at the same time ditolong Tuhan secara luar biasa. Bukan berangkat dari kesuksesan-kesuksesan hidup atau hal-hal apa yang pernah aku capai. Enggak.

Feel free to hit that 'Mute', 'Hide', 'Block', or 'Unfollow' button if you feel my post doesn't give any good impact to you. Sumpah, se-enggak apa-apa itu. Gini, aku tau siapa-siapa aja yang aku follow, tapi aku enggak tahu detil siapa-siapa aja yang follow aku. Dan aku gak mungkin juga ngecek-ngecekin gitu like, "Ni hari ini sapa nih yang unfollow gue. Siapa nih yang bakal merusak pertemanan." Kayak dulu kalo masa-masa SMP-SMA sih iya. Penting banget gitu untuk tau siapa yang nge-unfollow dan sebelnya malah ngaruh ke pertemanan. Ew, that alay moment... πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Bagiku pribadi, karena aku sangat memberi nilai dan menghargai relasi pertemanan dengan siapapun itu, indikatornya tentu gak aku letakkan di follow-follow-an Instagram. Salah satu teman baikku yang paaaling dekat punya Instagram tapi kami gak saling follow. Dan akupun enggak yang maksa dia untuk ngasih tau aku username-nya terus minta follow-follback, enggak. Biasa aja. Makin kesini aku makin melihat bahwa Instagram itu gak lain gak bukan hanyalah salah satu pilihan media untuk kita konsumsi. Sederhananya, siapa-siapa aja nih yang kehidupannya mau kita pantengin? Konten-konten apa aja nih yang mau kita konsumsi setiap hari? Dan gak ada ngaruhnya sama sekali ke relasi pertemanan. Ini opiniku ya. Mungkin preferensi dan sudut pandang kalian bisa berbeda juga dan itu gak masalah.

Pokoknya ketika kalian ngerasa udah males ngeliat konten-konten yang aku posting, jangan ngerasa bersalah atau gimana ya untuk ngerem mata kalian dari konten-konten itu. Selow, aku pasti gak tau dan gak nyadar juga kok πŸ˜‚. Toh indikator teman buatku itu tentu aku ukur dengan: komunikasi, pertemuan, dan berbagi kisah hidup.

Nice to know you, dear followers! (Kadang aku suka banget manggil kalian tuh "Friendtizen" πŸ˜‚ Sesederhana karena kalian netijen dan kalian friend aku. Dah gitu aja πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ *sungguh receh).

Comments

Popular posts from this blog

Enggak Mau Main Piano Lagi Selamanya

MUSIM(an) -- Sebuah perspektif dari cewek yang doyan makan

Cara Jatuh Cinta Sama Indonesia

MAKANAN JIWA: Kasih yang (Tidak) Terbatas

Apakah Relasi dengan Sesama Bisa Menjadi Berhala?

7 Tipe Penumpang Gerbong Pertama dan Terakhir

Suasana Hati Seperti Langit: Mendung

"Rejection" vs "Reflection" - Belajar Dari Lagu MULAN