Tinggal di Tempat Baru—Sebuah Proses Discerning yang Bikin Dagdigdug




Sebelum nulis ini, gue nangis di kosan.

Namun kali ini bukan nangis gegara patah hati.

Bukan nangis gegara cowok yang gue suka menolak perasaan gue.

Bukan gegara hal-hal yang menyakitkan dan mendukakan hati.

...tapi karena serentetan doa yang terjawab.

...karena gue secara personal merasakan sendiri Tuhan itu ada dan nyata meski tak terlihat.

..karena gue sekarang mulai paham bahwa Tuhan hadir di tengah-tengah kehidupan gue, baik dalam hal yang biasa gue anggep sepele-receh-taken for granted, maupun hal-hal besar yang menurut gue gak make sense.

...karena serentetan doa yang Dia jawab.

-----

Singkat cerita gue baru balik dari rumah papa di Ciledug dan baru sampe kosan. Abis beres-beresin londrian, unpack ransel, seperti biasa gue suka randomly auto-kontemplasi sendiri pas lagi ngeliat kamar kosan.

I do remember bagaimana segelintir proses gue bergumul untuk tinggal sendiri itu lumayan melelahkan hati, emosi, dan pikiran. Mulai dari perasaan insecure, gak tahu mulai dari mana, gak yakin apakah gue sanggup dengan menjaga stabilitas finansialnya, dan buanyaakk banget pertimbangan-pertimbangan lainnya.

Gue se-enggak yakin itu ketika ngedoain mau mencoba hidup sendiri. Mandiri. Tinggal sendiri.

Wah, gila sih ups & downs-nya. Yang kerasa di gue sebetulnya lebih banyak gak yakin sama diri sendiri.

Takut salah ambil keputusan.

Takut sebenarnya ini cuma perasaan lebay gue doang.

Takut dan gak yakin, itu hal-hal yang paling menghambat gue untuk melangkah waktu itu.

Turns out...itulah ya. Gue se-enggak ngerti itu sama jalannya Tuhan.

Selalu adaaaa aja cara Dia untuk menjawab kegelisahan gue.

Mulai dari disediakan-Nya rekan yang bergumul bersama tentang hal ini. Jadi singkat cerita si kawan ini—sebut saja namanya Raisa—juga lagi kepikiran untuk pindah kosan karena berbagai pertimbangan. Nah, mulai dari situlah kami rutin ngedoain hal ini di jam yang sama gitu.

Gue sempet nyaris ngambil kosan yang sama kayak dia; karena memang waktu itu punya keinginan juga untuk ngekos bareng teman dekat. Tapi setelah melalui berbagai proses, akhirnya gue memutuskan untuk ngekos sendiri dengan logika gue lebih baik ngekos di area yang lebih dekat ke kantor. You know what? Kantor gue di Tangerang, sementara kantor temen gue di Jakarta Pusat. Ini entah gue yang bucin apa gimana sempet banget kepikiran mau pp dari jakpus ke tangerang; demi SUPAYA gue ada temen, wkwkwk.

Tapi yah akhirnya gue tetep mengambil keputusan by logic juga sih.

Di sini gue belajar bahwa, dalam bergumul dan menghayati tuntunan Tuhan, kadang/malah sering kita harus melakukan 1 tindakan dulu. Atau mengambil 1 langkah dulu; untuk mengetahui langkah-langkah berikutnya.
Karena kalau gak melangkah, dan apalagi di sini gue tipikal orang yang takut salah banget kan, ya gak bakal tahu apa-apa ke depannya.

Kedua, Tuhan yang gue sembah ternyata Tuhan yang juga berotoritas dan berdaulat dalam hal-hal logis. Selama ini gue mungkin menghayati dan mempelajari profil siapa Tuhan itu hanya sebatas hal-hal spiritual. Namun ketika mengalami petualangan demi petualangan hidup, akal sehat pun masuk kok dalam proses bergumul (atau mungkin bahasa lainnya kalo gak salah: discerning).

Ketiga, di sini gue juga belajar bahwa berdoa mesti sejalan dengan usaha. Kek yang tadi gue bilang di atas, ada langkah konkrit yang harus diambil.
Usaha doang tanpa doa = sombong (means we only depend on our own strength);
Doa doang tanpa usaha = males
Gak doa + gak usaha = wes ambyar 😅😅😅

-----

Jujur sebenarnya gue rada bingung tadinya tujuan nulis postingan ini apaan, wkwkwkw! 🤣🤣

Malah jadi ngalor ngidul, maapin dah yak 😅

Intinya itu tadi sih, gue kinda amaze aja gitu sama proses dan petualangan yang Tuhan izinkan terjadi di hidup gue sampe Oktober 2022 ini.

Doa demi doa yang terjawab.

Hati yang makin dipulihkan dan makin dilembutkan untuk membuka pintu pengampunan.

Mindset dan sikap yang diubahkan untuk tetap rendah hati, cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.

Diizinkan bertemu dengan relasi dan komunitas baru

...dan yah...gatau deh kedepannya bakal ada petualangan yang kayak gimana lagi.

1 hal yang gue pegang dan selalu syukuri adalah: di tengah-tengah dunia yang menuntut ini dan itu dari diri pribadi, ada Tuhan yang mengizinkan gue untuk tetap jujur dan rapuh serta menyatakan ketidaksanggupan untuk mengerjakan banyak hal jika kekuatannya bukan dari Dia sendiri.

Di tengah-tengah dunia yang lebih senang melihat rupa atau tampilan rupa, ada Tuhan yang melihat kedalaman hati dan mengizinkan kita untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sesuai desain-Nya untuk kita sejak semula.

Di tengah-tengah banyaknya ketidakpastian dalam hidup, ada Tuhan yang tahu pasti rancangan hidup kita kayak apaan.

Merenungkan proses dan petualangan gue sampai titik ini, yang salah duanya adalah tentang tinggal di tempat baru dan juga memasuki komunitas baru, gue rasa masih akan ada cerita-cerita seru lainnya dari Sang Pencipta Yang Maha Kreatif yang bisa gue torehkan di blog ini.

...and I'm really sure you guys have your own adventure with Him! 😊❤️

Cerita dong! Wkwkwk.

Comments

Popular posts from this blog

Enggak Mau Main Piano Lagi Selamanya

MUSIM(an) -- Sebuah perspektif dari cewek yang doyan makan

Cara Jatuh Cinta Sama Indonesia

MAKANAN JIWA: Kasih yang (Tidak) Terbatas

Apakah Relasi dengan Sesama Bisa Menjadi Berhala?

7 Tipe Penumpang Gerbong Pertama dan Terakhir

Suasana Hati Seperti Langit: Mendung

"Rejection" vs "Reflection" - Belajar Dari Lagu MULAN