Photo by Beng Ragon on Unsplash Engga siap untuk apa, Meista? Engga siap untuk sakit hati lagi di ladang pelayanan. Engga siap untuk gagal ujian bahasa. Engga siap untuk gagal lagi di proses rekrutmen, dan... engga siap untuk jatuh cinta lagi. --- Dua hari terakhir ini gue tiba-tiba sakit kepala. Nyut-nyutan banget. Gak paham penyebabnya apa. Tidur cukup. Makan aman. Les bahasa jalan terus. Kerjaan baru...ya emang belom dapet sik, tapi kan ini lagi on progress , lagi ada written test yang lagi dikerjain. Jadi apa? Apaaa yang bikin gue sakit kepalaaaa? Wkwkwk. Hari ini, Minggu, 23 November 2025. Gara-gara masih sakit kepala, gue akhirnya batal CFD-an. Padahal dari kemaren udah niat banget pengen ikut CFD ( Car Free Day /Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB)), sekadar speedwalking dari Bundaran HI sampe Gelora Bung Karno (GBK) juga udah cukup kok. Namun batal, dan akhirnya gue pindahin jadwal olahraganya ke sore hari: main bulutangkis bareng si adek. Selama perjalanan menuju GBK tadi sor...
Photo by Nick Morrison on Unsplash I can't remember the last time I was so excited when it came to 'writing schedule'. Saya sempet ada di fase hidup yang memasukkan kegiatan menulis sebagai agenda wajib harian; baik dalam bentuk journaling a.k.a nulis buku diari, atau posting tulisan di blog ini, setidaknya seminggu sekali. Kontennya entah itu tentang slice of life events, curhatan pribadi, opini terhadap sesuatu, atau apapun. Bagi saya, rutinitas dan konsistensi seperti ini melatih dan mempertajam skill berbahasa serta berkarya dalam tulisan. Looking back to the school era — well I'm totally a grown-up now 😂—salah satu PR yang sangat saya senangi dalam pelajaran bahasa Indonesia saat itu adalah: membuat karangan . Apalagi kalau gurunya bilang, "Tolong ceritakan pengalaman kalian selama liburan sekolah. Dibuat dalam satu sampai dua halaman folio ya." Dikala teman-teman sekelas keberatan dan bereaksi: " yaah...yaaah" alias protes 🤣, saya mal...
Photo by Ochir-Erdene Oyunmedeg on Unsplash Terlalu fokus dengan hidup orang lain. Sebuah kondisi yang tiba-tiba terlintas di benakku ketika bangun di pagi hari ini. Melihat beberapa dekade ke belakang ( wait... ini umur emang udah berapa? Tua amat sepertinya 😂), aku menyadari bahwa seringkali aku terjebak pada memfokuskan pandangan pada hidup orang lain. Hidup mereka seperti ini, berbeda denganku. Apakah hidupku salah? Hidup mereka seperti itu, kok aku tidak begitu ya? Ketika pencarian jati diri dan karakter pribadi makin kulakukan secara sadar, pertanyaan-pertanyaan itu makin terdengar keras di dalam benakku. Bahkan seringkali peribahasa "rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri" ini terngiang di pikiran. Akhirnya, membandingkan kehidupan pribadi dengan hidup orang lain menjadi hal yang tak aneh lagi untuk dilakukan. Pembandingan yang dibuat bukan hanya mencakup soal materi, tapi juga soal karakter, pencapaian dalam hidup, hubungan relasi dengan orang lain, dan ban...
Beberapa hari yang lalu, gue balik ngantor naik Transjakarta. Waktu itu lagi hektik banget di kantor, jadwal padet, banyak deadline, banyak rapat, jadi rasanya energi sisaan cuma bertahan buat otewe pulang. Nah, buat yang relate dengan aktivitas 'naik TJ', pasti ngerti lah ya rasanya terguncang sesekali di dalam bus. Namanya juga transportasi darat yekan, pasti ada aja jegluk-jegluknya (apa coba 😅). Saat itu gue duduk di area penumpang umum, atau yang selain Area Khusus Wanita, karena tempat duduknya ngadep depan, bukan nyamping. Gue lagi pengen tidur banget, jadi butuh duduk deket jendela biar bisa senderin kepala. Di tengah perjalanan, gue sempet cemas karena guncangannya si TJ lumayan agak ganggu. Sebenarnya seperti yang gue mention di atas lah ya, naik TJ itu udah pasti siap dengan guncangan-guncangan yang ada. Cuman mungkin waktu itu kondisi gue lagi lelah banget, jadi yang ada malah insekyur. "Ini kenapa ya sama busnya? Gak ada kendala teknis kan? Apa jangan-jangan ...
Photo by Icons8 team on Unsplash Hai, Friendtizen! Kali ini gue mau cerita soal lagu yang gak hanya enak didenger, gak hanya menyentuh hati, tapi bahkan ini sampai menyentuh jiwa. Kok bisa gitu? Oke, semua berawal dari hari Sabtu kemarin, 10 November 2018. Pas mau tidur, ternyata gue belum terlalu ngantuk. Karena gak tau mau ngapain, akhirnya gue denger lagu dari hape. Berhubung ini udah bulan November, dan gue sudah mulai merasakan aroma-aroma Natal (yaaaayyy!!! 🎄), jadilah gue memasang playlist lagu Natal dari Pentatonix. Singkat cerita, di playlist itu ada juga lagu "When You Believe" yang ternyata sempet dicover sama mereka. Pas denger lagu itu, gue jadi kepikiran untuk cari tahu lagu aslinya itu kayak gimana. Kenapa gue penasaran? Lagu "When You Believe" ini pertama kali gue tahu dari Mariah Carey. Gue pikir itu memang lagunya dia. Liriknya memang antimainstream karena bukan tentang tema cinta-cintaan. N...
“Ma, aku mau nikah.” “Oh yaudah. Ada pasangannya?” “Belum sih.” “Yee gimana.” “Abis temen-temenku udah, aku belum.” “Apanya?” “Nikahnyaaaa. Temen-temenku udah pada nikah, bahkan ada yang udah punya anak, tapi hidupku masih gini-gini aja.” “Ya terus?” “Ya makanya aku mau nikah jugaaa.” Wanita berusia kepala lima itu menghela nafas sejenak sebelum merespon putri bungsunya. “Terus kalau udah nikah, hidup kamu jadi bebas masalah?” Lala terdiam. Dia tak pernah memikirkan keterkaitan antara menikah dan masalah dalam kehidupan. “Ya tapi kan aku seenggaknya jadi gak kalah sama temen-temenku.” “Kamu lagi lomba balap karung?” Mereka terkikik geli. “Kok jadi lomba balap karung sih, Ma.” “Soalnya perkara nikah itu gak kayak lomba, La. Gak ada satu garis finish yang sama buat semua orang. Gak ada yang menang atau kalah. Inget gak momen wisuda kamu waktu itu?” “Inget.” “Berjuang banget kan pengen lulus? Begadang, bolak-balik bimbingan, ngelarin skripsi demi bisa dapet gelar, terus wisuda. Hari-H kit...
Photo by Liana Mikah on Unsplash Haaaiii, Friendtizen! 😍 Sesuai janji gue di Instastory beberapa hari yang lalu, di sini gue mau nyeritain pengalaman jadi korban banjir Jakarta 2020 plus nyampein ungkapan syukur dan terima kasih luar biasa untuk semua pihak yang sudah menolong gue dan keluarga. Sebelumnya gue udah pernah nulis tentang apa yang terjadi di tanggal 1 Januari 2020, tepat di hari pertama pergantian tahun. Bisa baca di sini yaa kalo mau tau 😉 --- Pelajaran berharga yang gue dapetin ketika ngalemin musibah banjir kemarin adalah bahwa pertolongan Tuhan enggak pernah terlambat. Bukan cuma itu. Bahkan pertolongan Tuhan itu jauh lebih dahsyat dan melimpah daripada apa yang bisa gue bayangkan atau harapkan. Bayangin aja deh, hal yang gue minta tuh cuma 1: kain kering bekas. Dan lo tau apa yang gue dan sekeluarga dapet? Muuuuch more than kain kering bekas! Okay, let me tell you the rest of the story... ----- Photo by...
Photo by Gavin Allanwood on Unsplash Hai, Friendtizen! H+1 packing barang-barang dari kantor hari Kamis kemaren (22/4) sesungguhnya gue sudah membuat segudang to-do list hal-hal berfaedah nan menyenangkan yang akan gue lakukan pasca resign . Well, sebetulnya gue belum resmi resign. Jatohnya gue ngabisin jatah cuti, dan per 1 Mei 2021 barulah gue resmi tidak bekerja lagi di tempat kerja yang sekarang. Nah, selama masa-masa cuti ini, jujur udah banyak banget agenda-agenda seru yang gue rancang sendiri demi membahagiakan diri gue atau demi berkontribusi menolong orang lain. Mulai dari ngerjain pelayanan, nulis blog, bikin konten IG, nulis buat WarungSaTeKaMu, main piano + nge-cover-cover lagu lagi, jalan-jalan random entah kemana, dan lain-lain. Seperti biasa, memang gue anaknya gak bisa diem macem kelinci yang jumpalitan kesana-kemari. ...and the reality told me different 😂😂😂 Hari Jumat (23/4) itu gue berencana untuk balikin keyboard Perkantas di sekret mereka daerah Juanda, kem...
Pagi ini di kantor...ada temen yang pasang lagu Vierra. Jujur sampe sekarang gue memang masih suka banget sama lagu-lagunya Vierra. Enak banget komposisi musiknya Mas Kevin Aprilio! 😍 Terus gue jadi throwback... ke masa-masa ketika gue lagi tergila-gila sama lagunya Vierra, di saat yang sama juga gue tengah suka dengan seseorang. Dia kakak kelas (kakak kelas lageeee, yekan 🤣🤣🤣). Dia pemain drum. Beberapa kali pernah nge-band bareng dan...yah memang momen-momen main musik tuh suka jadi celah bagi gue pada akhirnya menyukai seseorang. Turns out... gue jadi merenung: Selama ini cowok-cowok yang gue lirik itu pasti yang bisa main musik. Beberapa diantaranya jago bahkan dewa banget sampe bikin hati klepek-klepek. Yang jago main piano pernah gue lirik--yaiyalah, ini sih udah pasti bawaan karena pasti liat role model ayah sendiri yang juga jago main pianonya, guru pulak! Terus yang jago main gitar juga pernah gue taksir. Kemudian yang di masa-masa suka Vierra ini gue naksir sama seni...
Photo by O.C. Gonzalez on Unsplash "So I say thank you for the music, the songs I'm singing Thanks for all the joy they're bringing Who can live without it? I ask in all honesty: What would life be without a song or a dance what are we? So I say thank you for the music, for giving it to me" ----- Penggalan lagu di atas adalah lagu yang dipopulerkan oleh grup musik ABBA di era tahun 1980-an. Pertama kali denger sih biasa aja, tapi ketika diresapi kata-katanya, ternyata dalem banget loh. Saya jadi ikutan mikir: kalo di dunia ini gak ada musik, bakal kayak apa ya hidup ini? Bersyukur banget sama Tuhan karena saya terlahir di keluarga seniman. Ayah pemain dan pengajar organ, keyboard, piano, sedangkan ibu...ya bukan penyanyi sih memang, tapi beliau kalo nyanyi suaranya cakep banget dah. Beda banget sama ayah yang kalo nyanyi... please, no 😜 Saya mulai belajar main piano sejak kelas 3 SD. Dulu kami belum punya piano, tapi kami punya organ ...
Comments
Post a Comment
Thank you for your comment! :D