Beberapa hari yang lalu, gue balik ngantor naik Transjakarta. Waktu itu lagi hektik banget di kantor, jadwal padet, banyak deadline, banyak rapat, jadi rasanya energi sisaan cuma bertahan buat otewe pulang. Nah, buat yang relate dengan aktivitas 'naik TJ', pasti ngerti lah ya rasanya terguncang sesekali di dalam bus. Namanya juga transportasi darat yekan, pasti ada aja jegluk-jegluknya (apa coba ๐ ). Saat itu gue duduk di area penumpang umum, atau yang selain Area Khusus Wanita, karena tempat duduknya ngadep depan, bukan nyamping. Gue lagi pengen tidur banget, jadi butuh duduk deket jendela biar bisa senderin kepala. Di tengah perjalanan, gue sempet cemas karena guncangannya si TJ lumayan agak ganggu. Sebenarnya seperti yang gue mention di atas lah ya, naik TJ itu udah pasti siap dengan guncangan-guncangan yang ada. Cuman mungkin waktu itu kondisi gue lagi lelah banget, jadi yang ada malah insekyur. "Ini kenapa ya sama busnya? Gak ada kendala teknis kan? Apa jangan-jangan ...
Due to depression, gue sekarang lebih memilih untuk bangun di malam hari dan tidur saat matahari sudah terbit. Entah mengapa, rasanya malam hari menjadi momen yang menakutkan buat gue. Rasanya kayak mau mati aja. Rasanya kehilangan harapan. Rasanya kayak gak punya tujuan hidup. But...realizing that I'm still alive just after I woke up, every single morning (or afternoon), I think switching my sleep routine is better for now. At least until I find a new job and get my daily routine back.
7 tahun kerja sebagai role yang kurang lebih serupa, ternyata membuat gue merenung dan berpikir ulang lagi belakangan ini: Apakah peranan tersebut benar-benar sesuatu yang Meista kerjakan dari hati? Atau jangan-jangan peranan tersebut Meista lakukan berdasarkan motivasi 'sekadar cari uang'? Gue menyadari bahwa realita kehidupan memang seringkali membuat idealisme jadi turun tahta. Maksudnya, sesederhana gue sampe gak tau mimpi dan cita-cita gue apa dalam berkarir karena sejak awal kerja yang gue pikirin cuma: Gimana caranya cari duit biar gak ngerepotin orang tua lagi Gimana caranya gue punya penghasilan sendiri dan gue tetap bisa memberi dari apa yang gue punya Gimana caranya gue bantuin papa untuk renov rumah --> dan ini mengarahkan gue untuk selalu nyari kerja yang prospek gajinya tinggi Menjadi seorang marketing dan pelaku media sosial selama 7 tahun berkarir ternyata membawa gue pada sebuah pemahaman terhadap diri sendiri bahwa: gue suka dengan role ini bukan karena gue...
Umur 26 tahun itu berarti... Seperempat abad lewat dikit. Dibilang orang dewasa masih kayak anak kicik, dibilang teenager juga ketuaan. ----- Ulang tahun makin nambah usia gue bukannya semakin pengen dirayain tapi malah semakin mager untuk merayakan pertambahan usia diri sendiri. Hari ini aja gue udah merencanakan untuk males-malesan dan tidur. Tapi ternyata kemaren, kemaren banget hari Kamis 16 Mei, gue dapet panggilan wawancara kerja. Sebagai orang waras lainnya yang lagi cari kerja ya gue cancel lah ya si rencana bermalas-malasan itu dan mulai prepare segala keperluannya. Salah satu faktor yang bikin gue mulai mager merayakan ultah gue sendiri mungkin karena gue punya pengalaman buruk pas sweet seventeen yang ternyata gak se- sweet apa kata dunia. Sejak peristiwa tak menyenangkan tersebut--yang gak perlu gue tulis karena males juga--gue jadi skeptis sama yang namanya ngerayain ulang tahun. Khususnya ultah gue sendiri. Kalo ultah orang lain sih gue masih sem...
Salah satu rutinitas baru gue sebagai warga kantoran (lagi) adalah: memilih rute pergi dan pulang kantor. Biasanya, demi pengelolaan finansial yang lebih efektif, efisien, dan tentunya ekonomis, gue akan memilih rute naik transportasi umum. Namun ada masa di mana gue lagi kelelahan banget, mager berdiri di TJ/MRT, jadi kadang gue suka minta jemput sama cowok-cowok yang beda tiap harinya (a.k.a. babang greb atau goje ๐ ๐). Gue suka banget naik motor, dibonceng, dan menempuh perjalanan jauh. Waktu tahun lalu masih kerja di area Karawaci, gue beberapa kali menempuh perjalanan otw pulang-pergi naik ojol. Costly, memang, tapi gue "membayar" pemandangan dan momen-momen merenung. Gatau ya, bagi gue paling enak dan nyaman itu merenung di dalam perjalanan menggunakan motor, bukan transportasi umum. Mungkin karena berasanya lebih 'private' kali ya; ditambah nikmatin angin sepoi-sepoi yang bikin muka adem, jadi seru aja gitu perjalanannya. --- Nah, dalam konteks per-otw-an naik...
Photo by Artem Bali on Unsplash Pertama-tama saya mau ngucapin: DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA YANG KE-69 TAHUN! Semakin jaya, semakin maju, dan semakin diberkati Tuhan! ๐ Kemarin pagi, saya lihat banyak ornamen merah-putih ada dimana-mana, bahkan sampai hari ini. Banyak siswa sekolah dasar melakukan parade sambil menggunakan baju adat Indonesia. Gemes deh. Jadi inget masa-masa waktu saya SD ๐ Dulu sih saya ikut paradenya ngga pake baju adat, tapi cuma pake baju seragam aja sambil bawa bendera kecil di tangan. Semangat merayakan hari kemerdekaan Indonesia pasti dirasakan di berbagai tempat di Indonesia dengan cara dan tradisi yang berbeda-beda. Ada yang ngadain lomba, parade, berdoa bersama, upacara, dan lain-lain. Dari sejumlah kegiatan tersebut, ada satu yang saya paling suka banget: UPACARA. Gak percaya ya? Saya juga gak percaya sih ๐ Oke, mungkin lebih tepatnya nontonin upacara bendera di Istana Negara. Setiap tanggal 17 Agustus, saya paling seneng...
Photo by rawpixel.com on Unsplash 23 JULI 2014... Today's Bible reading: Deuteronomy 6:1-9 (Ulangan 6:1-9) Hari ini saya menikmati bagian dari renungan saat teduh yang dibimbing oleh Our Daily Bread (ODB). Judul renungan hari ini: "Waving The White Flag". White flag atau bendera putih adalah simbol penyerahan, menyerah, giving up . Ketika saya baca judul renungan hari ini, interpretasi iseng pertama yang muncul di pikiran adalah: Wah, apa nih yang harus diserahkan? Kenapa saya harus nyerah? Gara-gara ya itu tadi, bendera putih kalo dikibarin kan artinya menyerah. Namun setelah saya membaca dan merenungkan bahan saat teduh hari ini, ternyata maknanya indah banget. Saya diingatkan kembali untuk menyerahkan segenap hidup pribadi saya ke dalam tangan Tuhan. SEMUA, gak ada kecuali. Diri saya, pikiran saya, perasaan saya, orang tua saya, keluarga saya, kehidupan perkuliahan saya, kehidupan percintaan saya, pokoknya segala-galan...
Photo by Ochir-Erdene Oyunmedeg on Unsplash Terlalu fokus dengan hidup orang lain. Sebuah kondisi yang tiba-tiba terlintas di benakku ketika bangun di pagi hari ini. Melihat beberapa dekade ke belakang ( wait... ini umur emang udah berapa? Tua amat sepertinya ๐), aku menyadari bahwa seringkali aku terjebak pada memfokuskan pandangan pada hidup orang lain. Hidup mereka seperti ini, berbeda denganku. Apakah hidupku salah? Hidup mereka seperti itu, kok aku tidak begitu ya? Ketika pencarian jati diri dan karakter pribadi makin kulakukan secara sadar, pertanyaan-pertanyaan itu makin terdengar keras di dalam benakku. Bahkan seringkali peribahasa "rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri" ini terngiang di pikiran. Akhirnya, membandingkan kehidupan pribadi dengan hidup orang lain menjadi hal yang tak aneh lagi untuk dilakukan. Pembandingan yang dibuat bukan hanya mencakup soal materi, tapi juga soal karakter, pencapaian dalam hidup, hubungan relasi dengan orang lain, dan ban...
Photo by A. L. on Unsplash "... Sungguh banyak hal yang sangat gue syukuri di hari itu meski hati dirundung duka. Terpujilah TUHAN!" ***A DEEP GRIEF, A GREAT BLESS (part 1)*** ----- Jumat, 21 Juni 2019 Bermodalkan tidur yang cuma beberapa jam, pagi itu sekitar jam 7:00 gue melanjutkan packing dan siap-siap berangkat ke Pintu Air, Juanda. Masih dengan suasana hati yang gloomy, puji Tuhan Ia menolong gue untuk tetap fokus nge- list barang-barang apa yang perlu dibawa dan masuk-masukin semuanya ke dalam tas. Terutama contekan aransemen musik yang akan gue gunakan di pelayanan hari Sabtu. Oh iya, salah satu berkat yang sangat gue syukuri lagi adalah gue sudah mendapat izin dari kantor untuk mengikuti Kamp Tahunan Alumni (KTA) dari hari Jumat--sehingga gue enggak perlu ketinggalan satu materi pun. Bahkan, bos gue memberikan izin dengan sangat mudahnya; padahal gue belum genap sebulan bekerja di tempat kerja gue yang sekarang. Selesai pack...
Comments
Post a Comment
Thank you for your comment! :D