"Kamu hobinya apa?" | "Kerja."

Anjir, beneran??? 🤣🤣🤣🤣🤣


---

Pekan lalu gue ketemuan sama salah satu kakak mentor yang (hingga saat ini) menolong gue berproses menemukan dan menggali potensi-potensi dalam diri. Sebagai perempuan muda yang terlampau sering clueless dalam hidupnya, dan juga yang terlampau sering mengemukakan narasi-narasi negatif terhadap diri sendiri, rasanya mencari tahu tentang potensi diri sendiri itu menjadi hal yang sulit sekali bagi gue.

Belum lagi ditambah rasa minder, ngebanding-bandingin diri sendiri dengan orang lain, suka melihat atau memandang diri dari sudut pandang si crush (like: "Apakah dia akan menyukaiku jika aku seperti ini-itu?"--pfftt), dan fokus yang cukup berlebihan pada aspek kelemahan diri.

Jadilah, akhirnya gue meminta pertolongan orang lain untuk membantu gue bisa menilai dan melihat diri secara lebih obyektif. Bersyukur banget ternyata orang-orang kayak mentor, psikolog atau terapis atau konselor atau apapun itu namanya, dikasih karunia khusus untuk bisa bantu orang lain menemukan identitas dirinya yang sejati.

---

Oke, kembali ke momen pertemuan pekan lalu itu...jadi kan kami ngobrol tuh ya tentang hidup yang serba lucu ini 😂😅. Teruus, di tengah percakapan, kakaknya nanya ke gue:

"Kalo Mei memang hobinya apa?"

Gue terdiam selama beberapa detik. Wangi-wangi donat jeko mulai merasuk ke lubang hidung di ruangan sejuk lantai 2 daerah 'bintaro sonoan dikit' tempat kami bertemu kala itu.

Gue jawablah: "Mmmm..."--pake ada mmm-nya dulu tuh yekan 😂--"...aku suka main piano sih."

Terus diem lagi beberapa detik. Kakaknya makan donat sambil nungguin jawaban gue.

"Oh aku kadang-kadang baca buku juga... Sama ini sih, nulis blog kayanya. Aku kadang suka nulis-nulis random gitu di blog pribadi aku."

Lalu kakaknya cuma mengangguk-angguk sambil meng-"Oohh"-kan jawaban gue yang, menurut gue, itu masih ragu banget jawabannya.

---

Ternyata, gue gak pernah pikirin hal ini sebelumnya. Ini parah banget, karena gue gak tau hobi gue apa 😭😱

Kalo menurut KBBI Kemdikbud nih ya, hobi itu adalah: kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama.


Terus pengertian lainnya juga: suka; gemar.

Ow, wait...ini tuh maksudnya kalo gue sukanya si dia jadi hobi bukan namanya? 🫠 #bodoamatMeista

🎆🧨🔥

Setelah gue renungkan, asli loh gue keknya gak punya hobi yang kayak orang-orang pada umumnya. Kan ada tuh orang yang hobinya mancing, maen PS, travelling, melukis senja, foto kopi, main sama guguk atau kucing (atau marmut mungkin), dan aktivitas-aktivitas lainnya yang disenangi.

Lantas gue coba bertanya pada diri sendiri: "Mei, coba inget deh, hal apa yang lo seneng lakuin di sela-sela waktu senggang lo?"

...

Ngerjain kerjaan 😶

...

DUH.

Oke guys please don't get me wrong. I will try my best to be honest on this blogpost 🙏:

Setiap gue bekerja di manapun itu dan apapun posisinya, gue selalu punya hasrat untuk kepo dan mendalami segala sesuatu yang gue kerjakan itu.

Misalnya gini: ketika gue pernah bekerja sebagai Social Media & Creative Content Specialist di salah satu industri restoran lokal, gue se-semangat itu untuk belajar dan menguasai produk-produk yang dijual, cara masaknya, strategi apa yang perlu diterapkan dalam pembuatan konten pemasaran, dan lain-lain.

Nah, hal-hal kayak gitu, bagi gue, ternyata gak cukup dilakukan hanya di jam kerja (katakanlah jam kerja standar kan 8-9 jam ya). That's why, tiap pulang ke rumah, otak gue masih suka kebayang-bayang rasa penasaran yang belum terjawab di hari itu.

Padahal...faktanya...rasa penasaran di dalam pekerjaan itu bakal selalu ada setiap harinya.

Ketika rasa penasaran itu gue bawa ke rumah, otomatis yang gue lakukan tiap pulang ke rumah adalah...? Yes: kerja lagi. You name it 🫠

Ini pola yang ternyata udah jadi kebiasaan sampe sekarang ya, ketika gue sudah attached banget sama pekerjaan yang gue senangi, udah "in" banget, jadi susah "out"-nya. Jadi susah untuk bagi waktu dengan si hobi tadi--karena dalam pikiran gue, ya gue udah seneng sama pekerjaan ini, jadi ngapain perlu hobi lagi?

Akhirnya efek sampingnya apa? Burnt out. Sebuah kondisi yang sebenarnya udah jadi rambu-rambu bagi tubuh, emosi, dan pikiran untuk: "...udah woy kerjanya! Ambil hobi gih sana!", tapi seringkali gue ignore karena udah keasikan kerja.

Terus lucu, barusan banget, pas gue kepikiran nulis tentang hal ini, gue baru ngeh kalo ternyata kadangkala gue mendefinisikan "pekerjaan" yang berat itu adalah yang harusnya jadi kewajiban diri sendiri tiap hari. Kayak apa contohnya? Nyuci, beresin baju, bersihin kamar, rapihin tempat tidur, and any kind of that routine agendas 😂

Padahal itu udah jelas-jelas emang tanggung jawab ke diri sendiri yak. Alih-alih enjoy, malah bikin bosen karena saking rutinnya.
Ya iya sih, ngerjain kerjaan di kantoran juga rutin memang itungannya, tapi karena di sana ada ruang untuk eksplorasi, gue jadi gak ngerasa bosen somehow.

Eh...bentar. Apa pekerjaan rumah tangga yang rutin tadi bisa coba dimodifikasi ya biar gak ngebosenin tiap harinya? 🤣😂 (pertanyaan yang muncul di kala nulis blog, hiyu~)

---



Kembali ke hobi...PR di gue yang masih on progress ngejalanin CBT (cognitive behavioral therapy) dan asesmen self-therapy lainnya ini, adalah melatih diri sendiri untuk memvalidasi apa yang disenangi. Oke, gue memang suka kerja, suka produktif, suka eksplorasi, tingkat keponya tinggi (dalam konteks ilmu pengetahuan, technical skills, and human behaviors), tapi gue rasa Tuhan anugerahkan "senang-senang" dalam implementasi yang tepat juga untuk manusia nikmati, ya gak sih?

Kalo tadi jawaban gue ke kakak mentor terkait hobi adalah: main piano, baca buku, nulis blog...kayaknya yang paling bisa gue validasi tingkat kesenangannya hanyalah si nulis blog itu sih.

Main piano itu, setelah gue renungkan lebih lanjut ya, adalah hal yang sebenarnya secara sengaja diturunkan dari bokap gue. Sengaja dilatih sejak kecil, dan kebetulan gue punya talentanya. So ketika itu dipakai untuk orang lain, ya enjoy-enjoy aja sih, tapi gue ga bisa bilang "suka". Jujur, gue ga suka. Gak hobi. Ahahah 🤣😂 (eksklusif nih untuk pertama kalinya Meista jujur di depan publik gak suka main piano, LOL).

Main piano tuh lebih ke: bisa, tapi mager aja dijadiin hobi. Sesimpel itu. Di rumah juga kalo misalkan gue gak diminta pelayanan atau main di mana gitu, gak gue sentuh itu piano. Lebih banyak laptop yang dapet sentuhan jari-jari gue yekan.

Terus kalo si baca buku, jatohnya bukan hobi sih, tapi kebutuhan. Sebagai orang yang rasa hausnya tinggi akan pengetahuan, meski memang gue bukan nerd atau bookworm juga, tapi gue tau baca buku akan memperluas wawasan dan sudut pandang gue terhadap dunia ini.

Gituuuuu.

---

Jadi, "Kamu hobinya apa?"

"Minum KopKen, Kak.."--kayaknya gue harus jawab itu deh kemaren.

🤣😂🫠

Thanks for reading until this section!

Also, I want to say my gratitude for achieving 27k++ pageviews of all time! Woohooo~ 🥳🎆🎇🎉🎊✨🎈


Gue suka wondering sih: kok ada aja ya orang-orang yang baca blog ini? Isinya kan slice of life doang 😂

Tapi yah..gue bersyukur banget deh blog ini menolong gue untuk tetap waras dan having fun 🫠

Dan semoga beberapa postingannya ada yang menghibur atau menginspirasimu. Ambil yang baik untukmu, dan buang yang negatif bagi hidupmu 🙏

See you next post! ✨

Comments

  1. Wkwkwk. Listening to a person that seeks to be better is always nice, Mei🤣

    ReplyDelete

Post a Comment

Thank you for your comment! :D

Popular posts from this blog

Enggak Mau Main Piano Lagi Selamanya

MUSIM(an) -- Sebuah perspektif dari cewek yang doyan makan

Cara Jatuh Cinta Sama Indonesia

MAKANAN JIWA: Kasih yang (Tidak) Terbatas

Apakah Relasi dengan Sesama Bisa Menjadi Berhala?

7 Tipe Penumpang Gerbong Pertama dan Terakhir

Suasana Hati Seperti Langit: Mendung

"Rejection" vs "Reflection" - Belajar Dari Lagu MULAN