Dealing with My Anger

Ketika kembali berhadapan dengan sebuah pelajaran (lagi) bahwa "kita gak bisa memaksakan apa yang ada di dalam pikiran kita terhadap orang lain", ternyata itu bikin gue marah.
Berharap dalam benak terjadi sesuatu seperti X, yang terjadi kebalikannya.
Sampe bikin gue berpikir: "Gue salah apa ya..."
Marah karena akhirnya menyadari bahwa: ya...that's life.

Gue kelihatannya terlalu memaksakan diri untuk terlalu terbuka pada sebuah komunitas pertemanan yang baru. Gaada seorangpun yang memaksa gue untuk se-terbuka itu, tapi ketika gue ingat lagi diri gue seperti apa, sepertinya gue cukup 'kebablasan'. Dalam artian, aslinya gue tuh gak se-terbuka itu. Gue bisa percaya untuk terbuka dengan orang yang memang menurut gue layak untuk dipercaya setelah gue menganalisa dalam jangka waktu yang gak sebentar.

Yang ini, baru juga kenal berapa lama, gue udah bocor.

Di situlah trust issue gue kembali muncul ke permukaan. Dan ternyata bener kan.
Alih-alih mendapat damai sejahtera, yang ada ya kecewa.
Harusnya gue tau ya, dalam relasi yang udah kebangun lama aja gue masih kadang punya trust issue. Ini apalagi sama relasi yang terbilang masih seumur jagung.

Ya, gue kebablasan.
PR buat gue sekarang adalah bagaimana mengobati kekecewaan ini. Apakah gue harus melakukan konfrontasi lagi? Atau diemin aja? Atau menjauh aja?
Yang ketiga kayaknya lebih make sense sih. Gue coba menjauh dulu demi supaya bisa menemukan diri gue kembali seutuhnya. Melihat kembali, sebenarnya Meista itu bukan orang yang mudah terbuka kok sama relasi baru (dalam ruang lingkup apapun itu ya).

Again ya...pengalaman selalu mengajarkan banyak hal.
Kali ini pelajarannya: lu gak harus terlalu membuka diri. Kalau bablas, gini nih akibatnya.
Kecewa.
Dan akhirnya marah.
Marah sama diri sendiri. Marah sama keadaan. Marah juga sama istilah "that's lyfe".

Comments

Popular posts from this blog

Enggak Mau Main Piano Lagi Selamanya

MUSIM(an) -- Sebuah perspektif dari cewek yang doyan makan

Cara Jatuh Cinta Sama Indonesia

MAKANAN JIWA: Kasih yang (Tidak) Terbatas

Apakah Relasi dengan Sesama Bisa Menjadi Berhala?

7 Tipe Penumpang Gerbong Pertama dan Terakhir

Suasana Hati Seperti Langit: Mendung

"Rejection" vs "Reflection" - Belajar Dari Lagu MULAN