Don't Try To Be Perfect

Kadang capek deh jadi orang yang ramah. Niat hati ingin jadi diri sendiri, tapi ketika orang lain gak ramah balik ke kita, bawaannya jadi sedih.

Kecewa.

Jadi bertanya-tanya:

"Ngapain sih Mei harus ramah segala?"

"Ngapain sih Mei harus friendly? Orang-orang juga gak segitunya ke elo. Beberapa malah lebih cuek kan?"

Niat hati ingin jadi diri sendiri, tapi ternyata diri ini tidak melulu diperlakukan sama oleh orang lain (re: ramah, friendly).

Pada akhirnya, mau gak mau gue harus ngerti bahwa setiap orang memang karakternya beda-beda. Memang jadinya sedih dan kopong ya ketika udah ramah sama orang, eh ternyata orangnya tidak meresponi sesuai dengan yang diharapkan.

Kecewa, baper, terus muncul negative thinking:

"Gue berisik ya?"

"Gue harusnya gak perlu seramah itu ya?"

"Gue harusnya jutek aja kali ya biar aman?"

"Gue banyak bacot ya?"

"Emang gue drama banget ya?"

Pelajaran terkait hidup yang tak melulu bisa memenuhi ekspektasi orang lain sempat terlupakan.

Gue jadi kehilangan diri sendiri.

Gue jadi lebih banyak mengonsumsi emosi negatif lantaran tidak mendapatkan perlakuan yang diharapkan dari orang lain.

Gue jadi sulit bersyukur.

Gue jadi sulit menikmati apa yang ada di depan mata gue sekarang karena pikiran gue sering banget "jalan-jalan".

Gue kesepian (mungkin ini lebih ke pemikiran: "Kok ramah gue bertepuk sebelah tangan ya?")

---

Tulisan ini cuma mau numpahin misuh-misuh lantaran...gue lagi ada di mode yang capek banget, lagi bingung, lagi gak ngerti sama hidup gue, gue gak tau di depan sana bakal kayak apa. Blur, gak jelas, dan gue sampai kesulitan membuat perencanaan atau mengambil keputusan.

Sedangkan waktu terus berjalan dan tahun 2022 sebentar lagi akan selesai.

---

"Apa gue mengidap penyakit gangguan jiwa?"

"Kalo gue penyakitan gitu, emang bakal ada cowok yang mau sama gue?"

I realized that I often blame myself and cannot see the worth of my life.

Insecure.

Seringkali menganggap bahwa demi membuat teman pria tertarik, gue harus sesempurna mungkin.

Tapi kan gak mungkin. Gue gak mau bego juga karena gue paham betul bahwa gak akan ada manusia yang bisa mencapai kesempurnaan, termasuk perempuan.

Satu-satunya cara untuk bisa lepas dari belenggu overthinking ini adalah: belajar untuk merelakan segala sesuatu yang gak kita punya, dan mulai menikmati serta mengerjakan segala sesuatu yang sedang kita punya.

---

Maybe I'm too busy.

Maybe I'm too tired.

Maybe I'm thinking too much about everything.

Jadinya capek, jadinya udah males mau ngapa-ngapain juga.

Every effort seems to be...done for nothing (meski pas lagi nulis bagian ini gue jadi teringat sesuatu:

"... be firm. Do not be moved! Always be outstanding in the work of the Lord, knowing that your labor is not in vain in the Lord." (1 Cor. 15:58)

---

Don't try to be perfect, Meis.

If anyone rejecting you, then he/she's not worth your attention.

Keep authentic, be patience in the waiting, until the time you will understand why is trust and obey Him are worth to do.
Somebody has to love you just the way you are, Meis.

So do you to others.

...and STOP blaming yourself!
Stop making the guilt, shame, and also the devil laugh at you.

Comments

Popular posts from this blog

Enggak Mau Main Piano Lagi Selamanya

MUSIM(an) -- Sebuah perspektif dari cewek yang doyan makan

Cara Jatuh Cinta Sama Indonesia

MAKANAN JIWA: Kasih yang (Tidak) Terbatas

Apakah Relasi dengan Sesama Bisa Menjadi Berhala?

7 Tipe Penumpang Gerbong Pertama dan Terakhir

Suasana Hati Seperti Langit: Mendung

"Rejection" vs "Reflection" - Belajar Dari Lagu MULAN