Accept it is as it is.

Nasehat utama dari psikolog yang pernah gue konsultasiin.

Sedang berlatih pelan-pelan untuk menerapkan mindfulness dan gak perlu melulu menilai kondisi, situasi, dan orang lain terlalu cepat.

Ini kayaknya esensi dari "menikmati hidup".
Bukan artinya hidup lurus gatau mo kemana, tapi ya enjoying the present as a present.

Seringkali yang bikin jatuh adalah ekspektasi. Jadi ketika gue udah bikin perencanaan dan rencana itu gak sesuai realita, usaha terasa sia-sia.

Nah sekarang, gue mau coba untuk bangkit lagi, tetep bikin perencanaan lagi, tapi lebih legowo aja kalau hasilnya gak sesuai ekspektasi.

Yang penting udah ada usaha.

Kayak...ya yaudah. Ayo, maju terus. Melangkah lagi. Kalo capek istirahat. Kalo sedih nangis.

Mungkin ini bisa jadi terapi diri sendiri yang baik untuk mengurangi intensitas rasa insecure dan FOMO yang seringkali mengganggu πŸ˜”

Comments

Popular posts from this blog

Enggak Mau Main Piano Lagi Selamanya

MUSIM(an) -- Sebuah perspektif dari cewek yang doyan makan

Cara Jatuh Cinta Sama Indonesia

MAKANAN JIWA: Kasih yang (Tidak) Terbatas

Apakah Relasi dengan Sesama Bisa Menjadi Berhala?

7 Tipe Penumpang Gerbong Pertama dan Terakhir

Suasana Hati Seperti Langit: Mendung

"Rejection" vs "Reflection" - Belajar Dari Lagu MULAN