I Quit



Berhenti.

Berhenti untuk menganggap bahwa diri ini mampu mengerjakan segala sesuatunya tanpa batas.

Berhenti untuk punya pemikiran bahwa diri ini tak layak mendapat pertolongan.

Berhenti untuk memaksakan diri terlalu keras untuk melakukan hal-hal yang memang sudah di luar batas dan kemampuan.

Berhenti untuk menilai diri, "Lo masih kurang berusaha, Mei. Resiliensi lo rendah. Jangan lemah!"

Sampai akhirnya...dirinya lelah.

Nyatanya, diri ini memang lemah.

Helpless.

Powerless.

Gak punya daya dan kekuatan apa-apa untuk mengontrol hidup bahkan untuk hal sekecil apapun.

Nyawanya sendiri pun gak ada dalam kontrol tangan sendiri.

Yang bisa dilakukan sebenarnya hanyalah melakukan tanggung jawab kehidupan sesuai porsi, kapasitas, dan bersandar pada Lengan yang Kekal.

Semudah itu? Enggak.

Bayang-bayang kehidupan yang sudah di-framing sedemikian rupa dalam kepala nyatanya hanya menciptakan sebuah ilusi bahagia yang tak terealisasi.

Menciptakan asumsi yang tak terverifikasi.

Mendatangkan emosi yang tak sesuai kondisi.

Terus gimana?

Sore itu, ketika hujan baru aja reda, gue berjalan dengan langkah lambat dari kantor ke toilet di atas permukaan tanah yang basah dengan aroma air hujan, dan gue melemaskan tubuh sambil mencoba mengambil komitmen:

"God, I quit.

Aku mau berhenti berpikir bahwa aku bisa melakukan semua hal tanpa batas.

Aku mau berhenti menganggap diriku sebagai wonder-woman atau superhero yang bisa ngapain aja; karena nyatanya ya aku punya limit.

Aku capek. Menjadi terlalu independen pun bikin aku sombong dan gak ngerasa butuh pertolongan orang lain because I depend on my own strength.

Iya, dalam beberapa konteks aku memang dituntut untuk mandiri. Tapi dengan kadar yang sudah memasuki level ekstrim, aku memberi excuse pada orang lain seakan-akan aku bisa memenuhi semua ekspektasi. And people do believe that Meista won't need any help because she can do it on her own.

Capek 😭"

-----

P.S.:
Tulisan ini berlaku untuk banyak konteks.

-----

P.P.S.: 
Ini nanggung gak sih tulisannya? Wkwkwk πŸ€£πŸ€£πŸ™ˆπŸ™ˆ
Gue pengen lanjutin tapi bingung gitu apa kelanjutannya πŸ€”

Comments

Popular posts from this blog

Enggak Mau Main Piano Lagi Selamanya

MUSIM(an) -- Sebuah perspektif dari cewek yang doyan makan

Cara Jatuh Cinta Sama Indonesia

MAKANAN JIWA: Kasih yang (Tidak) Terbatas

Apakah Relasi dengan Sesama Bisa Menjadi Berhala?

7 Tipe Penumpang Gerbong Pertama dan Terakhir

Suasana Hati Seperti Langit: Mendung

"Rejection" vs "Reflection" - Belajar Dari Lagu MULAN