Segalanya "Tau Gitu..."

Tau gitu gausah terlalu semangat.

Tau gitu gausah sampe berkali-kali memastikan jadi-tidaknya pertemuan.

Tau gitu gausah dateng on time.

Tau gitu gausah berekspektasi bisa cerita-cerita.

Tau gitu gausah searching2 tempat sedari kapan tau.

Tau gitu gausah capek2 keliling mal demi nyari tempat yang nyaman buat bersama.

Tau gitu mending urusin perut sendiri dulu ketimbang "pengen makan bareng temen2".

Tau gitu dibikin flat aja hatinya, gausah semangat2 amat.

Tau gitu biasa aja orang ini juga relasi yg kayaknya biasa aja.

Tau gitu ini bisa dilihat sebagai relasi yg permukaan aja, gak harus yg terlalu dalem apa gimana biar gak berekspektasi.

Tau gitu...

-----

Semuanya serba "tau gitu" kalo hati lagi kecewa. No one told me to muter-muter ngider-ngider mal segede gaban buat nyari tempat paling kondusif buat bersama. Yeah, no one told me. Gue aja yang terlalu inisiatif. Tau gitu...gak usah inisiatif. Biasa aja. 

No one will understand everything I felt because...no one told me so. Yang inisiatif gue, yang capek kaki, lelah pundak bawa barang banyak dari Karawaci, yang laper perut gue, ya yang lelah gue juga.

At the end, you will only be alone by yourself. Because anyone never told you to do the initiative.

-----

Jadi yah...emang gausah semangat2 banget juga. Gausah berekspektasi2 juga. Dibawa flat sepertinya jauh lebih baik. Karena relasi dan effort yang bertepuk sebelah tangan itu memang gaenak.

Comments

Popular posts from this blog

Enggak Mau Main Piano Lagi Selamanya

MUSIM(an) -- Sebuah perspektif dari cewek yang doyan makan

Cara Jatuh Cinta Sama Indonesia

MAKANAN JIWA: Kasih yang (Tidak) Terbatas

Apakah Relasi dengan Sesama Bisa Menjadi Berhala?

7 Tipe Penumpang Gerbong Pertama dan Terakhir

Suasana Hati Seperti Langit: Mendung

"Rejection" vs "Reflection" - Belajar Dari Lagu MULAN